Sabtu, Desember 15, 2012

Tips Menjamah Bromo untuk Pengikut Gembeler

Gembeler mau bagi-bagi tips n trik bagi semua saja yang ingin pergi ke Bromo dengan cara Ngegembel. Tips n trik ini tentu saja sangat penting mengingat Bromo adalah salah satu tempat yang wajib di datangi setiap orang kalo mereka mengaku wisatawan sejati.
Tips pertama untuk para pengikut gembeler adalah selalu mempersiapkan peta lokasi, peta wisata, peta kuliner, list hotel dan alternatif transportasi. Hal ini menjadi penting mengingat segala sesuatu memerlukan petunjuk yang pasti dan menggandalkan GPS aja terkadang tidaklah cukup. Jadi alangkah baiknya kalau pengikut gembeler juga harus mempersiapkan hal tersebut.
Tips Kedua adalah memesan beberapa hal yang perlu dipesan seperti hotel ataupun tiket menuju tujuan. Hal ini menjadi penting mengingat untuk mendapatkan harga hotel atau tiket transport yang sesuai dengan budget, kita harus mencari, menetapkan alternatif dan memesan tiket jauh-jauh hari, mengingat biaya hotel dan transport adalah salah satu biaya yang terbesar dalam perjalanan.
Tips Ketiga, kalau pengikut Gembeler mau ke Bromo maka salah satu jalan yang indah untuk dilewati adalah melewati rute Probolinggo menuju Cemoro Lawang. Kalau Pengikut Gembeler lewat Surabaya maka ada dua pilihan yaitu langsung menuju Probolinggo selanjutnya ke Cemoro Lawang atau melewati Malang dulu baru ke Probolinggo dan diteruskan ke Cemoro Lawang.
Tips Ke-empat, Gembeler memilih Cemoro Lawang sebagai spot pertama menuju ke Bromo karena di sini terdapat banyak penginapan semacam homestay dengan harga yang lebih murah. Selain itu pemandangan di kawasan Cemoro Lawang sangat indah. Untuk mendapatkan hotel yang murah, Pengikut Gembeler juga harus selalu berkomunikasi dan berbaik sangka dengan sopir Colt yang biasanya mengantarakan wisatawan dari Probolinggo menuju Cemoro Lawang.
Tips Ke-lima, untuk menyewa Hardtop sebaiknya Pengikut Gembeler memiliki personel 6 orang atau maksimal 7 orang sehingga uwang sewa akan dihitung lebih murah karena bisa dibagi dengan ke enam orang tersebut. Kalo memang ternyata jumlah Pengikut Gembeler tidak genap, maka sepintar-pintarnya Pengikut Gembeler mengajak orang lain untuk bergabung dengan syarat penginapan saling berdekatan. Trik untuk mengajak orang lain adalah dengan cara sok kenal. Selanjutnya jangan terlalu mengekspose perkenalan kita dengan pemiliki Hardtop sehingga tidak ditawari harga per-orangan.
Tips Ke-enam, selalu membawa jacket, kaus tangan, kaus kaki dan topi hangat, senter dan makanan supaya tidak perlu membeli di kawasan Bromo. Meskipun harganya tidak begitu mahal kalau Pengikut Gembeler bisa menawar. Jangan lupa juga kamera yang bagus bagus untuk mengabadikan setiap moment dan pemandangan di Bromo.
Tips Ke-tujuh, jangan malu bertanya apalagi malu ditawarin nebeng sama orang!!!meski kita harus waspada sapa tau mereka mau menculik kita! Trus njual kita sampei ke Luar Negeri!. Bisa bisa Gembeler Nge-Hitz di Mancanegara!!!!

Sumber foto : http://indonesianews2012.blogspot.com

Yang The Most ! ! !

Gembeler menobatkan perjalanan kali ini menjadi perjalanan yang The Most excited karena selalu bertemu dengan pengalaman yang tidak terduga dan untuk satu perjalanan yang worth it banget ini kita menghabiskan: 320ribu sadja untuk transportnya!


Total Nge-Gembel!!!
 Kata-kata “The Most” menjadi salah satu kata yang ngeHitz di bibir para Gembeler. Kata itu mucul sejak si Yeyek dinobatkan oleh para Bule Gila di Bromo sebagai “The Most Fashionable in Mountain”. Walhasil, di perjalanan pulang Gembeler memilih beberapa hal yang menjadi “The Most”Dalam perjalanan Gembeler.

Yang menjadi The Most Expensive Accomidation adalah sewa Hardtop untuk sampai ke Pananjakan dan Bromo Creater. Meskipun menjadi yang paling mahal, tetapi harga yang kita dapat sudah menjadi yang paling murah diantara Backpacker lainnya.
The Most Beautiful View in Bromo sudah tentu adalah di Bromo Creater. Bisa sampai atas kawah yang kita rasakan adalah”mrinding ba dinding oy”!
The Strongest People in Bromo adalah Ibu-ibu miaw herr... yang ada di cerita “You Are The Most Fashionable in Mountain”. Si ibu yang satu ini sangat kuat sekali staminanya hingga bisa sampai Pananjakan dengan costum seperti itu. Just check!
The Most Fashionable in Stasiun Kota Baru Malang adalah Croch Girl dan Ibu-ibu yang mengejarnya demi sebuah penobatan bahwa dia juga Ngeblesss abis di Malang.
The Most Dangerous situation adalah ketika Gembeler harus mencari tempat bersinggah di Kota Batu pada pukul setengah 11 malam. Meskipun kita naek turun gunung hingga sampai atas kawah, tetap saja moment di One Night in Batu adalah yang paling dangerous.
The Most Popular Sing in Our Journey adalah lagunya Bang Roma yang judulnya Gali Lobang Tutup Lobang. Buat para Gembeler, udah pada download belum???
The Most Delicius Food adalah Soto Probolinggo. Rasa sotonya kaya akan rasa Jawa Timur. Koya dan kuahnya yang agak kental ditambah irisan bawang yang yummy bikin ngiler abiss!.
The Most Expensive Food adalah Nasi Lalapan di Kota Batu. Harga nasi tersebut dalam catatan harga kita adalah yang paling mahal!!.
The Most Lucky person adalah Gembeler sendiri. Gembeler selalu menemui orang-orang terbaik. Dan kali ini, Ladies n Gentlemen kita bacakan The Most Kind Person in OurAdventure. Nominasinya adalah:
Sopir Colt Cemoro Lawang
Sopir Angkot yang satu ini sudah dengan sabarnya mengantarkan Gembeler mencari homestay di Cemoro Lawang. Sudah lima homestay kosong kita tolak karena masalah harga, tetapi pak sopir dan kernetnya masih tetap setia mencarikan tempat berteduh dan akhirnya menawarkan salah satu hotel yang oke abiss. Meski  sopir colt susah payah menyetir colt melewati medan yang tidak mudah semuanya adalah geretongan alias geratis tanpa bayar.
Pemiliki Hardtop
Pemilik hardtop yang satu ini bersedia memberikan harga jangan bilang-bilang pada Gembeler dan Walhasil Gembeler mendapatkan harga termurah dari Kelompok Backpacker Jember maupun Backpacker dari Makasar. Wala!!!
Penjaga Hotel Sion View
Sekali lagi, Gembeler mendapatkan harga jangan bilang-bilang dari Penjaga Hotel yang satu ini. Setelah Paimin melirik harga paket di meja receptinonist ternyata Gembeler bener-bener mendapatkan harga yang sangat jauh terpaut dengan harga seharusnya. Dan itu semua benar-benar terbayar dengan pemandangan Hotel yang wonderfull.
Bapak Ibu Penjual Mie
Bapak ibu penjual mie di dekat Hotel adalah dewa penolong kita disaat lapar menerpa. Mie yang hanya dihargai 3ribu telah menghilangkan rasa lapar di perut. Bayangkan saja harga Mie di Hotel 17ribu sedangkan di warung kecil ini hanya 3ribu dengan rasa dan penampakan yang sama. Meskipun jarak dan lokasi warung yang sulit, Bapak dan Ibu ini tidak “Ngentel” harga. (Ngentel=mematok harga setinggi tingginya).
Sopir Hardtop
Sopir hardtop juga masuk nominasi karena apabila seandainya si sepasang Kakek Nenek Bule bersedia ke Pasir Berbisik dan Bukit Teletabis maka kita sudah diperbolehkan hanya membayar biaya tambahan 50 ribu sadja untuk empat orang.
Backpacker di Pananjakan
Backpacker di Pananjakan sudah meminjamkan mantelnya untuk sholat Subuh di Gunung Pananjakan. Tanpa mereka Gembeler akan menanggung dosa lantaran telat solat Subuh.
Sopir Mobil Box dengan Nomer Polisi N9910 D
Kalo sopir mobil box pembawa almari bufet ini tidak menawari kita untuk naek mobilnya maka selamat sadja bagi para Gembeler karena jalan Menuju jalan S Parman tidaklah dekat dan di sekitar jalan yang mirip ringroad tersebut tidak ditemukan adanya angkot.
Tukang Parkir Indomaret Batu
Apa jadinya kalo sampai Gembeler tidak bertemu dengan Bapak Tukang Parkir yang satu ini. Hmmm atau bayangkan kalo Tukang Parkir ini 1 detik sebelum kita sampai di Indomaret sudah meninggalkan tempat itu. Benar-benar jadi gembel lah si Gembeler!!!. Satu hal bodoh Gembeler adalah kita belum tau hingga sekarang siapa nama tukang parker itu.
Tetua Masjid Perkampungan di Belakang Indomaret Batu
Mengira kita bakal kena marah, ternyata Gembeler ditawari untuk mampir sebentar di rumah kakek ini untuk sekedar minum teh.
Kasir Indomaret Kota Batu
Kasir di Indomaret ini sudah memberikan air panas secara geretongan untuk Paimin.
Mbak Tina
Tak lain dan tak bukan kebaikan Mbak Tina adalah karena sudah menyempatkan bertemu dengan Gembeler meskipun sedang sibuk dengan Dela anaknya. Tetapi aku yakin di hati Gembele kebaikan Mbak Tina terpatri di hati karena sudah mentraktir Gembeler di Pojok Stasiun Gubeng.~~~ Dubrak!!~~~
So, Who is the most???”
“Jawabanya adalah dengderenggggg Yeyek!!”
“What?, Yeyek? Kenapa?”
Karena sudah menjawab pengemis cilik dengan kata kata “ Saya Juga Pengin Jajannnnn”, ketika pengemis cilik mengatungkan tanganya di depannya.
“Loh dia kan gak masuk nominasi?”
“eh, emang masalah buat Loehhhh!!!!”
Okey, What ever, finally, The Most Expensive thingdari yang The Most-The Most di atas adalah Cerita Gembeler ini. Sungguh Tidak terbayar dengan apapun.!!!
Just Wait our stories bout our next destination!!! Salam Ngeblass, dari Gembeler.!

Sabtu, Desember 01, 2012

Menggrayangi Surabaya dan Bertemu Kawan Lama

Sekitar pukul enam pagi Gembeler kembali menjamah Stasiun Kota Baru Malang. Aku mengantri tiket Penataran kereta jurusan Malang-Gubeng. Di depan loket sudah tertulis “Tiket Panataran 07.00 Habis”. Hemmm berarti kemungkinan berangkat jam setengah sepuluh nih. Dan berarti pula jadwal kedatangan kereta Panataran di Gubeng akan mepet dengan jam keberangkatan Kereta Sritanjung yang sudah kita pesan dua hari yang lalu. Aku masih mengatri dan Paimin tepar di kursi tunggu stasiun tidak kuasa menegakkan kepalanya. Tibalah giliranku di depan loket.
“Mbak, Penataran yang jam tujuh habis ya?” Aku berharap jawabanya tidak sama dengan tulisan yang dipampang di depan mataku persis.
“Mmmm”, Agak mikir mbak petugas loketnya menjawab.
“Kalo gak pakai tempat duduk bagaiman?”, Mbaknya menawarkan.
“wah, mau mbak, gak papa”, aku menjawab gembira karena tidak dapat tempat duduk bukan masalah, cuma dua setengah jam juga. Kalo pun nantinya salah satu Gembeler protes kok gak dapet tempat duduk, aku akan jawab “Masalah buat Loe???
Hampir pukul tujuh, Gembeler pun masuk ke Stasiun melewati jalur bawah tanah dan sampailah kita ke Jalur 3 tempat Kereta Penataran nantinya berhenti. Sampai di jalur 3, yang dicari Paimin adalah apapun yang bisa untuk duduk karena lagi-lagi kepalanya tak kuasa tegak lagi. Duduk diatas tangga untuk naik kereta dan bersenderkan pilar stasiun Paimin tidur jauh di alam bawah sadar.
Pukul tujuh lebih, Kereta Penataran datang. Kita segera memasuki gerbong sesuai dengan gerbong yang tertulis di karcis dengan tetap berharap mendapatkan tempat duduk meskipun di karcis tertulis dengan tebal, “Tanpa Tempat Duduk”. Kita masuk gerbong dan berjalan menelusuri setiap tempat duduk, berharap ada yang kosong. Hmm memang benar cerita di beberapa chapter sebelumnya,”Gembeler Selalu Berjodoh dengan Toilet”. Kali ini pun Gembeler juga dapet tempat duduk di belakang Toilet. Dari semua tempat duduk di gerbong itu, empat tempat duduk di situ lah yang masih kosong.
Gembeler pun segera duduk di tempat duduk tersebut. Sepanjang jalan gembeler menghabiskan waktu untuk tidur dan sesekali ketawa mengenang kejadian semalam di Batu. Setiap  kereta berhenti di Stasiun, Gembeler selalu merasa dag dig dug, berpikir jangan-jangan si pemilik tempat duduk naik dari stasiun pemberhentian itu. Setiap pemberhentian di Stasiun, Gembeler memasang ackting jitu dengan tidur nyenyak dan kadang-kadang memasang jurus sembunyi titisan Suzana.
Memang nasib baik berpihak kepada Gembeler. Dari beberapa stasiun pemberhentian, gembeler selalu terhindar dari cek-cok perebutan tempat duduk. Padahal di gerobong kita hampir di setiap stasiun pemberhentian selalu diwarnai dengan perebutan tempat duduk karena penumpang yang naik dari stasiun pemberhentian tersebut merasa sudah membeli tiket dengan tenpat duduk tersebut. Hmm Gembeler Cuma cengar-cengir!!
Asyik tidur, tiba-tiba kereta mendadak berhenti. Jeszzzzzzzzzzz. Kereta berhenti di atas Jembatan sungai yang cukup lebar. Hmmm kita berada di Gerbong 2 yang berada di posisi aman sedangkan beberapa gerobong di belakang gerbong 2 heboh ketakutan karena gerbong mereka berada di atas sungai persis. Tak tau penyebabnya apa, sekitar lima belas menit berhenti, kereta pun berjalan kembali.
Pukul 09.30 aku smsdi  teman lama.
“Kethuk endi rek?”
“ngopo? Aku dah mau sampei Gubeng?” aku menjawab.
“oke, aku Otw Gubeng?” Mbak tin menjawab.
“Hah, apa, km gak sah ke Gubeng kasian Dela!” aku kembali menjawab.
Beberapa lama menunggu jawaban, MbaK Tin gak segera menjawab. Mungkin memang benar sudah berangkat ke Gubeng. Mbak Tina adalah salah satu kawan lama yang dulu sama-sama kuliah di UGM. Mbak Tina sudah menikah dan memiliki satu orang putri bernama Dela. Mbak Tina yang orang Bojonegoro bekerja di Surabaya bersama suaminya yang juga bekerja di Surabaya. Mbak Tina adalah seorang maniak belanja. Apalagi belanjanya di Pasar Beringharjo. Kalo mengenang masa-masa kuliah dulu, masih ingat aku seharian mengahabiskan waktu hanya untuk berbelanja dimulai dari kawasan Malioboro ke selatan, masuk ke Pasar Beringharjo, masuk ke Mirota Batik. Usai di situ bisa diteruskan lagi mencari sepatu di belakang hotel Ina Garuda. Setelah itu menuju Mirota Kampus dan hingga pukul delapan malam baru mengakhiri belanja dengan makan di Kolam Ikan salah satu warung penyet di Belakang RS Sardjito.
10.20 Gembeler baru sampai Gubeng karena kereta yang sempet macet tadi. Sampai Gubeng, Gembeler cuci muka di Gubeng Baru dan setelah cuci muka bertemulah Gembeler dengan Mbak Tina bersama Dela. Mbak Tina berencana mengajak kita ke MonumenKapal Selam di dekat stasiun. Namun apa daya perut kita sudah sangat kerencongan dan akhirnya kita singgah dulu di Warung Sederhana. Kata Mbak Tina, Warung ini pernah disambangi Pak Bondan Winarno. So, Mbak Tina Merekomendasikan warung ini. Aku dan Croch Girl memesan Nasi Campur. Nasi berisi beberapa lauk eperti sepotong daging sapi, oseng-oseng kikil, tempe kering, oseng kacang dan sesendok sambal di pinggi piring. Rasanya sederhana seperti nama warungnya tapi terasa sangat nikmat karena perut yang belum diisi sejak pagi tadi. Paimin memesan soto ayam. Tetapi sayang bayangan soto seperti Probolinggo tidak tersampaikan. Rasa soto di deket stasiun ini masih kalah kalu dibandingkan dengan soto di Probolinggo yang kaya akan rempah-rempah khas Jawa Timur. Yeyek memesan rawon. Rasa Rawon lumayan enak menurut Yeyek. Dan walhasil habis semua dah tanpa tersisa.
Satu hal yang bikin Gembeler malu adalah ketika kita harus membayar. Aku menuju ke kasir dan walaa aku keduluan suami Mbak Tina. Hemmm kita jadi geretongan dah!!!. Para Gembeler malu-malu padahal dalam hatinya berbahagia. Hmm sekali lagi Gembeler menemukan orang baik di Surabaya!! 
Usai makan di pojok Stasiun Gubeng ini kita menuju Monumen Kapal selam dengan berjalan kaki. Untuk masuk ke Monumen diharuskan membayar tiket masuk sebesar 5ribu rupiah. Monumen kapal selam yang terbesar di Asia Tenggara ini berbentuk kapal selam yang berada di pinggir sungai. Di dalam kapal beberapa peralatan, mesin hingga ruang-ruang para awak kapal masih dirawat untuk memberikan pembelajaran bagi para pengunjung. Di dalam kapal juga terdapat guideyang menerangkan beberapa bagian dari kapal tersebut. Usai keluar dari kapal kita meneruskan masuk ke dalam ruang video. Disini akan disajikan video sejarah perkembangan kapal selam di Indonesia termasuk sejarah Kapal Selam yang dijadikan Monumen ini

Menggrayangi Museum Kapal Selam
Jadwal keberangkatan Kereta Sritanjung dari Gubeng adalah pukul 13.25. Pukul 12 siang Gembeler pun menjamak sholat Dzuhur dan  Ashar di musola Monumen tersebut. Usai bernostalgia dengan bercerita dan berfoto di taman Monumen, Gembeler pun pamit meninggalkan Surabaya.

Pukul 13.25 Gembeler sudah berada di dalam kereta setelah sebelumnya kita sudah membeli dua bungkus Biskuat dan empat botol air mineral. Itulah bekal kita untuk sampai ke Jogja. Sekali lagi cerita “Gembeler Selalu Berjodoh dengan Toilet” memang benar adanya. Kali ini, Gembeler mendapat nomor tempat duduk 3D,3E,4D dan 4E dan dibelakang kita adalah toilet. What ever !!, yang jelas kita tetap asyik duduk di situ dan bersenda gurau hingga terpingkal-pingkal.
Searah Jarum Jam Judulnya adalah: ‘Saking Kepinginya Jajan’, BB Baru Guwe’, ‘Tau aja kalo guwe gak mandi 3 hari, ‘Yang penting bisa jadi properti ngek-ngok’

 Perjalanan Surabaya – Jogja merupakan perjalanan mengenang cerita perjalanan kita yang penuh dengan epik, elegi dan cerita konyol. Sembari bercerita sesekali kita akan disodorkan dagangan para pedagang asongan di pangkuan kita. Dan saat itu pun menjadi cerita konyol bagi para Gembeler. Sandal pijat sehat 15 ribu bagi Yeyek lebih mirip dengan BB. Satu slogan Yeyek yang selalu bikin kita ngekek adalah “ Aku juga pengen Jajannnnnn”. Kata kata itu iya luncurkan spontan ketika ada seorang anak peminta-minta yang meminta uang dengan mengadahkan uangnya ke Yeyek dan dengan wajah melas bilang pada Yeyek, “Mbak buat Jajan!”. Mendengar jawaban Yeyek si peminta-minta hanya melongo!!. Hahaha.. Cerita Gembeler memang tak pernah habis. Pun juga hingga hari ini ketika kita sudah tidak merasakan pegalnya kaki dan pundak.

Senin, 23 Januari pukul 19.45
Gembeler kembali Ngehitz di Jogja!!!