Dingin menusuk tulang. Gembeler
kelimpungan di kamar. Roti tawar yang berisi 20 slice roti tinggal setengah dan
Paimin sudah melarang kita mencomot roti tawar lagi. Katanya untuk besok
sarapan pagi. Melas bukan?
Usai
menggunakan kaus kaki kita keluar hotel. Mau masuk ke tempat makan di hotel
kita tidak sanggunp. Tadi sore pas membayar uang sewa kita sempat melirik
harga-harga makanan di dalam hotel. Harga 1 porsi mie instan dengan mangkuk
adalah tujuh belas ribu. Sedangkan harga satu paket pop mie adalah sepuluh ribu
rupiah..Hemmm Apa!!!!! Its really really
expensive for Gembeler. Kita pun mengurungkan niat membeli mie disini
meskipun Corch Girl sempat pasrah untuk tetap membeli. Tapi berhasil
menggagalkan niat buruk itu.
Setengah
sembilan malam Gembeler memutuskan keluar dari hotel sekedar untuk jalan-jalan.
Di depan kamar hotel kita sudah sangat keGeEran sekali. Kerumunan anak-anak
menjejali langkah kita bak fans pingin minta tanda-tangan. Haha ternyata kita
salah sangka. Mereka bukan fans tetapi penjual aksesories yang memenuhi
kebutuhan pengguna hotel akan pakaian yang fashionable di gunung.
~dubrak~~~
Para
penjual cilik itu menjual kaus kaki, kaus tangan, topi kupluk, hingga syal
untuk menghangatkan leher. Topi yang dijual juga memiliki kekhasan tersendiri
dengan logo bundar bertuliskan “Bromo” di depan topi. Penawaran pertama untuk
topi ini adalah 25 ribu. Tapi setelah melewati penawaran sengit satu topi bisa
dibeli dengan harga 10ribu. Dengan harga yang cukup realistis itu Paimin pun
membeli satu topi warna abu-abu yang Joshua Abisss!!
Mengerti
harga yang dijual 10ribu, Yeyek ma Croch Girl tertarik untuk membeli. Di depan
hotel kita pun memilih topi yang maching ma baju-baju Gembeler. Sedangkan aku
sendiri tidak membeli. Karena tentu saja aku sudah membawa dari rumah sesuai
daftar list yang sebenarnya sudah saya kirimkan via e-mail untuk dibawa para
Gembeler. Mau dibilang Riweuh is oK, yang penting gue sudah membawa dan tidak
perlu merogoh kocek..
yuhuuu~~~~~.
Yeyek dan
Croch Girl sudah tidak perlu menawar lagi karena kita sudah tau sama tau harga
satu topi 10 ribu rupiah. Yeyek memilih warna pink yang maching sama kaus tangan dan kaus kakinya sedangkan Croch Girl
memilih warna putih coklat yang mirip dengan warna celana dalamnya.
Dari
informasi si penjual cilik kalo mau mencari warung bisa berjalan naik keatas
500 meter atau bisa juga turun ke bawah sekitar 200 meter. Kalo warung yang
lengkap disarankan naik ke atas. Tapi Gembeler tidak kuasa dengan dinginnya
hawa disana. Akhirnya Gembeler memutuskan untuk turun ke bawah saja karena dari
hotel sudah terlihat lampu menyala di bawah sana.
Kita
berjalan kebawah mengikuti jalan beraspal yang menurun. Di sisi kiri jalan akan
terdengar suara gemercik air dan suara serangga malam yang menambah eksotisme
kawasan ini. Seperti laron menemukan cahaya lampu, langkah Gembeler semakin
cepat karena lampu di depan rumah kecil di pinggir jalan menunjukkan adanya
kehidupan.
Yeyek
memasukkan kepalanya di antara pintu yang terbuka.
“Ada Mie, pak?”,
gaya melas.
“Ada”,
bapak dan ibu pemilik rumah yang disulap jadi warung kecil itu menjawab.
Yeyek
mengeluarkan kepalanya dari pintu dan bilang pada Gembeler yang masih diluar,
“Ada!”
Kepala
para Gembeler ngikut melongok di Pintu, “Berapa?”
“Tiga ribu”, Bapak pemilik warung menjawab.
“Mauuuuuuk!!”, dengan suara lugas seperti habis makan pagoda
pastiles.
Hati Gemberer berbunga dan masuk ke dalam rumah kecil itu. Di
dalam rumah terdapat beberapa makanan kecil seperti Oreon mirip Oreo, Better
dan minuman seperti kopi, susu dan Milo.
Kita menunggu Mie matang sambil bersenda gurau sembari sesekali
tertawa kecil menertawakan kelakuan Gembeler sepanjang perjalanan menuju hotel.
Mie yang
dimasak lumayan lama dengan rasa soto ayam ini akhirnya siap di depan meja.
Kita menyatap dengan lahap. Hawa dingin sudah mengalahkan panasnya mie godog
ini. Selesai makan mie kita memesan Milo panas.
Finally kita
bayar 5ribu perorang untuk satu Mie Godog Tante (tanpa telur) dan satu gelas
Milo Panas. Hmmm harga yang sangat murah untuk ukuran harga di atas gunung yang
jauh dari pasar ataupun tempat kulakan. Bayangkan saja kalo si Ibu atau Bapak
pemilik warung harus turun ke kota beli mie atau Milo melewati medan yang tidak
mudah. Paimin pun trenyuh sembari mengingat kebiasanya kulakan di Pasar yang
tidak sesusah bapak dan ibu ini..
Kita
menemukan Orang Baik lagi disini!! ~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan coment disini!! Isikan nama anda dengan klik colom pada "beri komentar sebagai" Isikan pula URL/alamat blog anda