Perjalanan ke Malang dengan Penataran adalah perjalan yang diwarnai dengan kegalauan. Kita masih belum tau, setelah sampai Malang apa yang akan kita lakukan. Di dalam pikiran kita juga masih memikirkan permintaan Tante Ranger Kuning yang merengek melarang kita ke Bromo karena bagi dia “gak ada gue loe gak ngeBlasssshhhh”.
Gembeler galau akhrinya mengeluarkan peta yang sudah diprint oleh Paimin. Buka peta, bikin kita semakin galau sadja. Akhirnya tidur adalah pilihan terbaik. Hampir dua setengah jam lebih kita isi dengan tiduran. Sesekali kepala tertunduk, kita terbangun. Sesekali penjual menaruh daganganya di pangkuan kita, kita terbangun. Sesekali pengamin bernyanyi kita juga terbangun.
Perjalanan dari Surabaya ke Malang melewati beberapa kota di Jawa Timur. Termasuk Porong, Sidoharjo. Di sidoharjo kita akan melewati tanggul-tanggul yang terbuat dari batu yang disusun digunakan untuk menahan luapan lumpur yang muncul dari tahun 2006 itu. Tidak tanggung-tanggung, ternyata panjang tanggul hampir mencapai 1,2 KM.
Gali-gali-gali-gali-gali lobang
Gali-gali-gali-gali-gali lobang
Lobang digali menggali lobang
Untuk menutup lobang
Tertutup sudah lobang yang lama
Lobang baru terbuka
Gali lobang tutup lobang
Pinjam uang bayar hutang
Gali lobang tutup lobang
Pinjam uang bayar hutang
Gali-gali-gali-gali-gali lobang
Gali-gali-gali-gali-gali lobang
Gali-gali-gali-gali-gali
Tung ndung ndung ndut duuuuuuuuutt...~~~~
Seniman Malang @kereta Panataran yang Nge-Hits-in
Lagunya Bang Haji
Lagu bang Haji itulah yang bikin kita
sungguh-sungguh tidak galau lagi. Kita terbangun dan ikut bernyanyi bersama
pengamen Malang. Kita sudah hampir sampai Malang. Udara sedjuk terasa. Di sisi
kanan kereta terlihat mendung menggulung sedangkan disisi kiri terlihat
matahari mulai menyingsing.Di kiri dan kanan kereta kita sudah disajikan
pemandangan indah gunung-gunung dan perbukitan menjulang. Sesekali kita
menyebragi jembatan. Setelah melihat indahnya pemandangan Gembeler beranjak
dari kegalauan, Gembeler memutuskan untuk wisata kuliner terlebih dulu di Kota
Malang sekalian sarapan pagi.
07.30 Gembeler menjamah Stasiun Kota Baru
Malang. Clingak-clinguk kita keluar dari kereta. Di stasiun inilah Croch Girl
bertemu dengan pengikutnya. Seorang Ibu paruh baya atau bisa disebut nenek-nekek
tiba-tiba berlari mengikuti Croch Girl. Aku sampai kaget dibuatnya. Ternyata si
nenek juga pengguna sepatu Croch yang mahal dan Ngeblashhh abisss itu. Nenek
membuka percakapan tentang sepatu yang digunakan.
“Mbak pakai Krok juga ya?”, nenek membuka
percakapan.
“hehehe” Croch Girl hanya nyengir.
“harganya berapa ya sekarang?” ,nenek bertanya
lagi.
“heheheh” Croch Girl tambah nyengir lagi.
“eh, tempet saya dulu 450 ribu e mbak!”, nenek
berbangga.
“heheheh”, Croch Girl Nyengar nyengir.
“Beli dimana mbak?”, nenek masih bertanya.
“heheheh”, Croch Girl NYENGOR. ~O~.
Aku nyletuk.
“Belinya di FORTUNA mbah, deket pasar
Beringharjo. Jualanya deket kasir tepatnya di deket dandang ma soblok yang baru
diskon.”
Gembeler pun tertawa dan sepulang dari
perjalanan ini Croch Girl dinobatkan sebagai The Most Fashionable Girl in Stasiun Of Malang.
Ternyata Stasiun Kota baru tergolong stasiun
kecil. Keluar dari Stasiun kita menyempatkan diri untuk cuci muka. Sayang
syalala lala kita terlanjur keluar dari stasiun, so kita harus membayar seribu
rupiah. Tapi tidaklah mengapa, karena dari ibu penjaga toilet yang terlihat
galak, kita bisa mendapatkan informasi untuk jalan menuju terminal dan
alun-alun Kota Malang.
Selesai cuci muka kita mencari wartel
bermaksut menelpon hotel kawasan Bromo hanya untuk mengetahui cuaca disana.
Tapi karena dilihat dari nomor telpon hotel yang memiliki kode wilayah yang
berbeda, kita mengurungkan niat masuk ke wartel karena sudah tentu harga akan
sama saja mahal seperti kalo telpon dari ponsel. Di depan stasiun kita pun
mengambil keputusan untuk meneruskan langkah ke Tugu Malang.
Kita berjalan kearah luar stasiun menuju ke Tugu
Malang bermaksut untuk mendapatkan makanan sarapan. Melihat tatanan Kota Malang
yang rapi dan asri kita semakin excited
untuk berjalan dan jeprat-jepret sana sini mencari angel yang bagus. Di Tugu Malang kita bertemu mbak-mbak mahasiswa
yang sedang menikmati pagi menggunakan jas almamaternya, entah matakuliahnya
kosong atau sekedar mejeng dengan di Tugu yang asri itu. Kita bertanya
tempat-tempat yang bisa kita sambangi untuk berkuliner. Dari info yang kita
dapet kuliner yang paling banyak biasanya buka di hari Minggu pagi di dekat
kawasan Tugu tersebut. Karena hari itu hari sabtu, maka kita hanya bisa
ndomblong!!.
The Gembeler
Ngider di Malang
Sembari
berfoto-foto di Tugu Malang, Tante Ranger Kuning masih nelpun lagi berharap
kita tidak pergi ke Bromo. Dengan alasan yang sama yaitu “ga ada gue ga
Ngeblashhh”. Permintaan Tante Ranger Kuning ini malah menjadi setitik semangat
untuk bisa sampai ke Bromo. Dari detik itu munculah secercah rencana pergi ke
Bromo. Usai menikmati Tugu Malang kita mengambil background Balai Kota Malang
untuk berfoto.
Usai
berfoto di depan kantor Balaikota Malang kita melanjutkan perjalanan ke arah Old Catholic chruch. Jalan di depan
gereja tua ini berbentuk bundaran.Di sisi depan kanan gereja, di seberang jalan
kita menemukan Tourism Center. Gembeler bertanya-tanya kemungkinan pergi ke
Bromo dari Malang. Dari hasil informasi kita ditawari harga paket tour ke Bromo
dengan harga 600ribu dengan menggunkaan tarvel dari agen tersebut. Disisi depan
sebelah kiri di sebrang jalan dari gereja itu terdapat Toko Oen. Dari luar,
terlihat bangunan Toko Oen yang masih asli dengan cat pintu hijau dan
arsitektur bergaya retro belanda. Toko Oen ini masuk di list pertama wisata
kuliner kita. Menu yang disajikan di Toko Oen ini adalah menu yang masih asli
warisan resep Belanda. Menu andalan Toko ini adalah Ice cream Spesial Oen. Sayang
syalala lala, kita belum bisa mencicipi menu spesial ini karena kita sudah
terlanjur menobatkan diri sebagai Gembeler yang tidak sembarangan jajan alias
irit biar cepat kaya.
Bangunan Dengan
Aksen Belanda @Malang
Beranjak
dari depan Toko Oen kita melanjutkan perjalanan menuju alun-alun Kota Malang.
Kita mengira di alun-alun ini bakal banyak penjual makanan atau sarapan pagi.
Tapi sekali lagi sayang syalala lala kita tidak menemukan penjual makanan yang
representatif untuk sarapan. Disisi barat alun-alun kita akan melihat masjid
yang tinggi menjulang. Old Grand Mosque dengan
aksen hijau menarik sekali untuk dikunjungi atau sekedar mengambil air wudlu,
tapi rasa lapar kita menyeret langkah kita ke arah Jalan Pasar Besar.
Kita
memutuskan untuk mencari sarapan di Pasar Besar dengan asumsi bahwa dimanapun
pasarnya pasti akan banyak makanan dijual dan tentunya makanan yang dijual akan
lebih khas. Pasar besar ini benar-benar menjadi pusatnya kota Malang. Dari
sayuran, pakaian hingga boneka Shaun The
Sheep bisa kita temukan.
Masuk ke Pasar kita serasa tidak menjadi
Gembeler lagi. Kita malah seperti turis yang tersesat. Masuk ke bawah tanah,
kita malah disajikan aroma tidak sedap dari pasar yang ternyata kita berada di
Los Daging Ayam. Di dalam pasar dekat dengan Los daging Ayam ini sebenarnya
kita menemukan penjual soto tetapi aroma yang tidak sedap dan lebih parah dari
aroma di dekat tempat duduk Stasiun Lempuyangan beberapa waktu laLu membuat
kita untuk segera keluar.
Menahan nafas, kita keluar dari pasar. Finally di sisi kiri pasar kita
menemukan penjual Tahu campur. Tahu campur ini juga masuk dalam list kuliner
yang juga harus kita coba. Kita memesan tiga porsi Tahu Campur karena aku
tindak begitu suka dengan makanan yang menggunakan daging sapi.
Yummy nya..Tahu
Campur Khas Malang @Pasar Besar
Setelah
usut benang kusut, penjual Tahu Campur tersebut mengaku bahwa pernah merantau
di Jogja dan tinggal di dekat Pabrik Susu SGM. Sambil bercerita penjual Tahu
Campur meracik Tahu Campur. Meskipun disebut tahu campur jangan heran kalo
jumlah tahu yang disajikan dalam seporsi tidak mendominasi masakan khas Malang
ini. Tahu Campur berisi tahu yang sudah
digoreng alias tahu magel yang diiris-iris, lontong, kecambah, daun seledri,
daging sapi, kikil dan yang khas adalah adanya irisan Jemblem. Jemblem adalah semacam ketela pohon yang diparut lalu
dibumbui dengan kunyit dibentuk bulat-bulat dan digoreng. Campuran beberapa
bahan tadi disiram dengan kuah kuning yang segar dan bening. Namun sebelum
penjual meracik beberapa bumbu itu, beberapa sendok petis ditaruh diatas piring
sebagai dasar untuk menaruh bahan-bahan racikan tersebut. Menurut penyuka
kuliner sapi seperti Yeyek, Tahu Campur tersebut lumayan mantab.
Tanpa
memesan minum kita menghabiskan Tahu Campur. Dengan harga 6ribu perporsinya,
Tahu Campur menjadi sarapan pertama kita di Malang. Sembari membayar, Croch
Girl bertanya, “Penjual Es Tawon di Sebelah Mana?”. Dari Informasi penjual Tahu
Campur, Lokasi ES Tawon tidak jauh dari Pasar Besar. Lokasinya berada di daerah
Kidul dalem.
Cilok @Pasar
Besar yang isinya macem-macem
Sebelum
meninggalkan Pasar Besar kita menyempatkan diri membeli Cilok. Kita tertarik dengan
bentuk Cilok yang bermacam-macam. Kita pun mendapatkan satu plastik Cilok
dengan harga 2ribu rupiah. Sesekali kita mengunyak Cilok, kita berjalan menuju
lokasi Es Tawon. Setelah berjalan tidak begitu jauh dari Pasar Besar kita
menemukan warung Es Tawon disebalah Hotel Malinda.
Es Tawon yang
Menyegarkan Harimu..
Segelas Es Tawon dihargai 5ribu rupiah. Isi Es tawon adalah kacang
ijo, cendol hijau, cincau hitam, toping es serut dan terakhir sirup rasa rose
yang beraroma semerbak. Sesekali kita akan menemukan anak tawon diantara es
yang kita minum. Mungkin itu kenapa disebut es tawon. Adanya tawon juga
dikarenakan aroma sirup yang mampu mengundang datangnya tawon-tawon madu.
Panasnya kota Malang siang itu telah digantikan segarnya Es Tawon.
Kita kembali bersemangat. Di depot Es Tawon ini kita meyakinkan diri untuk
berngkat ke Bromo. Rute menuju Bromo yang kita ambil adalah Malang
(Arjosari)-Probolinggo(Bayu Angga)-Cemoro Lawang. Setelah bertanya dengan
penjual es, kita disarankan untuk naek angkutan umum dengan jalur yang memiliki
kode huruf AG.
Gembeler menunggu angkot di atas jembatan Jalan Gatot Subroto.
Beberapa angkot mengklakson dengan suara yang sangat keras tapi bukan jurusan
yang kita cari. Kita masih menunggu angkot dengan Kode huruf AG. Huftt ternyata
dari beberapa angkot kagak ada yang hanya berkode AG. Usut benang kusut,
ternyata tidak harus berkode AG tetapi bisa juga kode lain yang penting memuat
dua huruf itu A dan G.
Masih
belum sadar dengan hal tersebut, dari arah depan terlihat angkot jurusan ABG.
Secara kita sudah dewasa dan bukan ABG lagi, kita gamang untuk memanggilnya.
Angkot jurusan ABG pun terus melaju tak memperdulikan kita meski sesekali
mengklakson kita keras-keras. Mungkin muka Gembeler masih ABG abisss.
Angkot adalah teman Gembeler Ngider di
Malang
Tak selang
beberapa menit setelah kita sadar tentang permasalahan jalur tersebut. Angkot
jurusan AMG datang dari arah depan, kita manggil angkot dengan jurusan AMG
tersebut. Setelah memastikan kalau angkot tersebut melewati Arjosari, kita pun
naik. Di dalam angkot diasajikan beberapa kerumunan mak-mak ngerumpi, ngobras,
dan bersenda gurau riuh rendah memenuhi hampir setengah angkot dengan bahasa
khas Malang.
Hmmm kita
sepertinya salah masuk angkot. Meskipun rute angkot sudah benar tapi kita
seharusnya naek Angkot yang jurusan ABG tadi karena pasti didalemnya banyak
anak-anak ABG yang Ngeblessshhh abis, bukan di Angkot AMG yang berisi mak-mak
galau. Setelah kita pikir-pikir, kita sudah masuk Angkot Mak-mak Galau yang biasa di singkat AMG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan coment disini!! Isikan nama anda dengan klik colom pada "beri komentar sebagai" Isikan pula URL/alamat blog anda