Kita
Gembeler sejati hingga hampir magrib belum mendapatkan tempat berteduh.Kita
masih diputer-puterin sama pak sopir dan kernetnya. Di Kawasan Cemoro Lawang
yang banyak homestay kita tetap tidak dapat menemukan yang cocok buat kita.
Dasar gembeler sejati, alasan satu-satunya tidak mendapatkan homestay adalah
masalah duit.
Karena
sedang dalam masa weekend, homestay di Cemoro Lawang banyak yang penuh. Tapi
masih ada juga homestay disana dengan harga berkisar antara 130ribu hingga
150ribu. Menurut hasil searching kita
di internet harga homestay disana antara 90ribu hingga 100ribu. Itulah mengapa
gembeler sejati enggan mengambil homestay yang kita sambangi. Padahal hampir
sekitar enam homestay yang kita sambangi.
Mungkin
sopir colt biru yang kita tumpangi sudah bener bener pusing tujuh keliling,
apalagi nyetir di kawasan Cemoro Lawang tidak mudah. Sedangkan kita membuat
bang sopir naik ke atas turun kebawah belok ke kiri lagi, balik ke bawah dan
naik lagi. Entah berapa pulsa yang sudah dihabiskan bang sopir untuk menelpon
homestay yang masih kosong.
Hmmm
so sweet...-dua tangan di bawah dagu dan kita saling bertatapan antar gembeler-
kita
menemukan bang sopir dan kernet yang baik hati di Tengger.
Saat
Gembeler menemukan homestay kosong atas pertolongan bang sopir dan kernet, kita
jatoh di harga alias bagi kita it so
expensive. Saat itu hampir magrib dan kita belum solat Ashar. Bang sopir
kembali memencet handphonenya dan menelpon sesorang di sana yang selalu kita
harapkan memberikan harga yang pas bagi para Gembeler yang melas ini.
Sang
penjaga di balik telephone sana memberikan harga 150ribu kepada bang sopir.
Tanpa bertanya pada kita, bang sopir menawar harga. Dengan bahasa yang sedikit
tidak kita mengerti kita memahami setiap percakapanya dan ini maksut percakapan
mereka.
“Ada
kamar kosong?, tapi yang ekonomi”, tanya bang sopir.
Pas
percakapan ini Gembeler hanya saling nyengir berhadap hadapan didalam colt yang
isinya hanya tinggal kita berempat saja.
“Ada”,
jawab seseorang di balik telephone
“Berapa
harga?”, tanya bang sopir lagi.
“150ribu”,
jawab seseorang di balik telephone
“Kurangi!,
Jowo”, kata bang sopir
Kita
kembali nyengir
Entah
berapa harga yang diberikan, kita kurang bisa memahami. Bang sopir menjelaskan
kepada kita.
“
ini ada hotel murah gimana?”
masih
berpedom pada asas gembel, kita kembali menawar.
“kurangi
bang”, kita serempak.
“wah
mas, ini hotel bukan homestay”, bang sopir dan kernet menimpal.
Karena
sudah sangat senja, hujan dan hawa dingin sudah menusuk tulang, kita pun
memutuskan untuk menginap dihotel tersebut dengan pemikiran kita bakal bagi
berempat harga tiap kamarnya dan setiap kamar bisa diisi dengan dua orang. Toh
juga kita bakal Cuma sehari. Finally jadilah Gembeler masuk hotel.
Dijalan
kita masih saling bertatap. Kita membayangkan bagaimanakah rupa hotel tersebut.
Colt biru melaju turun dari Cemoro Lawang. Rasanya sedikit kecewa karena kita
mendamba keindahan Cemoro lawang esok pagi saat bangun tidur atau ketika nanti
senja saat hujan sudah reda. Homestay di kawasan Cemoro Lawang memanjakan kita
dengan pemandangan lautan pasir. Keluar dari homestay kita akan disajikan
keindahan lautan pasir dengan Gunung Batok yang kokoh dengan gurta-gurat
hijaunnya.
Apa
boleh dikata, homestay tidak didapat dan juga salah satu homestay yang tadinya
kita tawar sudah keburu di pesan para backpacker lain. Kita pasrah berempat
didalam colt biru berharap kita tidak akan mendapatkan kekecewaan belaka.
Negatif thinking mulai muncul di kepala kita. Mau-maunya abang sopir dan kernetnya
nganterin kita-kita para Gembeler naik turun cemoro lawang hanya untuk
mencarikan penginapan. Kembali lagi kita hanya bisa pasrah. Yeyek berpangku
dagu dan pindah pandangan dari muka ke muka. Kita Galau.
Semakin
galau lagi, ketika colt menuruni Cemoro Lawang semakin jauh. Jauh hingga hampir
limabelas menit kita menuruni Cemoro Lawang.Menelusuri jalan hingga hampir
bawah dan sudah bukan di kawasan suku Tengger.
Kegalauan kita mulai hilang. Terlihat papan
nama hotel yang ditunjuk oleh kernet yang masih remaja itu. “Sion Hotel”, It sound beautyfull.
Kita
turun dari colt dan woww..wonderfull
scenery here. Kita terkaget-kaget tapi masih setengah kaget. Masih merasa takut
dengan bang sopir yang siapa tau masih menarik uang lelah. Kita berjalan menuju
pintu masuk hotel yang agak menanjak dan bang sopir serta kernetnya
meninggalkan kita setelah memberikan salam pada penjaga hotel. Wauw, kita
kembali percaya kalau kita menemukan orang baik hari ini.
View
di Sion View Hotel, So Wonderfull
Kita
dipersilahkan melihat kamar oleh penjaga hotel yang sudah bang sopir dan kernet
kenal tadi. Gembeler masuk hotel kembali berheboh ria. Ada TV didalam rumah
berisi empat kamar dan juga satu kamar mandi lengkap dengan heater di dalamnya.
Tak lupa dua bed dengan kasur springbed yang sangat kenyal dan selimut pelangi
cantik.
Croch
Girl membayar sewa hotel bersama Paimin. Usai Croch Girl membayar hotel di
receptionis, kita terkaget kaget dengan view di depan belakang dan samping
hotel. It was wonderfull hotel. Kita
teriak..di samping hotel. Dua tangan dikepal dan saling tatap dan teriak
“waaaaaaaa”. Teriakan gila sang Gembeler. Kita jepret sana sini menghilangkan
kegaluan yang sempet menerpa.
Karena
kita semua mengidap disorientasi arah, maka kita kurang bisa menjelaskan dengan
arah. Yang jelas, di depan hotel kita akan melihat bukit tinggi menjulang.
Hijau benar bukit ini. Guratan punggung bukitnya memperlihatkan kesan
menakjubkan. Sayub-sayub akan terdengar suara gemercik aliran air yang berasal
dari bawah jurang antara bukit tersebut. Di samping kanan hotel terlihat perbukitan
dengan persawahan tanaman sayur dengan guratan-guratan rapi di setiap bukit.
Usai
terkagum kagum di luar kita masuk ke Hotel dan segera menjamak solat Dzuhur dan
Azhar. Aku sudah selesai solat dan kembali menikmati keindahan pemandangan di
samping hotel. Disana aku bertemu dengan penjaga Hotel saat sedang berfoto. Dan
tiba-tiba dia membuka percakapan.
“Mas,nanti
jangan bilang-bilang harga nya sama teman sebelah”, kata sang penjaga kepadaku.
Hah..what...dalam hati ku terkaget, kita
kembali menemukan orang baik hati ini. Aku langsung lari ke kamardan bilang
sama para Gembeler. Kita kembali berteriak gila. Tangan dikepal dan berteriak “waaaaaaaaaa”.
Kita tambah puas lagi pas Paimin bilang kalo barusan pas di receptionist sempet
lihat harga kamar dan harga termurah adalah 195ribu. What...jauh banget dengan
harga yang diberikan ke kita.
Haha...Sudah
berapa kali saja kita mendapatkan “harga jangan bilang bilang” ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan coment disini!! Isikan nama anda dengan klik colom pada "beri komentar sebagai" Isikan pula URL/alamat blog anda