Dari depan Bakso Presiden Kita mencari
angkot denga Kode AL. Apan ya AL?.. “Anak Lebay” bukan lah!!!. AL adalah salah
satu jalur angkot yang menuju terminal Landungsari. Kode “L” yang dimaksud
adalah Landungsari. Untuk bisa sampai Kota Batu kita perlu menuju Terminal
Landungsari dan berganti colt angkutan lagi menuju Terminal Kota Batu. Hanya
lima menit Gembeler sudah dapet angkot yang kosong mlompong. Hanya kita
berempat yang berada di dalam angkot. Untuk sampai Terminal Landungsari kita
harus membayar 2500 rupiah.
Dengan
2500rupiah kita juga sudah bisa menikmati keliling-keliling kota Malang.
Diawali dengan melewati Rumah Sakit Lavallete yang kita cari, beberapa tugu dan
taman kota Malang yang asri, Universitas Airlangga hingga stadion Gajayana.
Sekitar 30 menit perjalanan akhirnya sampailah Gembeler di Terminal
Landungsari. Sore itu pukul 17.05 terminal sudah nampak sepi. Baru beberapa
langkah berjalan bertemulah kita dengan angkot pink yang sedang ngetem. Kita
pun masuk setelah memastikan bahwa angkot tersebut menuju Kota Batu. Di dalam
angkot kita masih menunggu beberapa lama hingga angkot penuh dengan penumpang.
Di dalam angkot kita berkenalan dengan sesorang berasal dari Ponorogo beranama
Ajis. Aku sempet bertanya harga angkot
sampai ke Batu tapi Mas Ajis juga belum tau karena juga baru pertama kali. Dan
yang nyeletuk malah seorang kakek yang memancarkan aroma kebapaan di sebelah
Yeyek yang bilang”Tiga ribu mas”.
Perjalanan
menuju Batu diwarnai dengan kemacetan. Mungkin karena besok pagi libur sehingga
jalan menuju Batu macet total. Banyak bus bus besar asal luar kota yang juga
sejengka demi sejengkal naik ke Kota Batu. Sopir angkot kita sudah tidak sabar
dengan kemacetan ini dan akhirnya sopir melewati jalan tikus untuk bisa sampai
Terminal Kota Batu. Sebenarnya kalau jalanan tidak macet, Gembeler akan turun
di alun-alun Kota Batu. Namun karena jalanan yang macet, angkot hanya sampai di
Terminal Kota Batu.
Hampir
Magrib akhirnya Gembeler turun di Terminal Kota Batu. Mas Ajis yang juga
bermaksut turun di alun-alun terpaksa juga turun di Terminal Kota Batu. Mungkin
mas yang satu ini sedang galau juga mau kemana. Finally Mas Ajis ngikut kita
berjalan. Dalam perjalanan kita membelokkan rencana menuju alun-alun menjadi ke
BNS (Batu Night Spectacular). Di pilih BNS karena ternyata jalan menuju
alun-alun dan BNS saling berlawanan. Padahal pusat kemeriahan malam hari di
Batu berada di BNS karena BNS buka hingga pukul 24.00.
Kota Batu
memang menawarkan wisata yang menakjubkan. Dimulai dengan Jatim Park I, Jatim
Park II, Wisata pemandian, Wisata Paralayang di Gunung Banyak hingga gemerlap
Kota Batu di Malam hari di BNS.
Hujan
gerimis mulai turun tetapi Gembeler tidak menghentikan langkahnya. Berjalan 20
menit akhirnya sampailah kita di depan Jatim Park II. Gembeler menemukan Masjid
dan berhentilah kita untuk sholat Maghrib. Kita tidak menjamak sholat Maghrib dan Isya’ karena sholat Isya’ masih mungkin
dilakukan nanti setelah dari BNS. Selama berjalan menemukan Masjid ini,
Gembeler bener bener galau. Pertanyaanya adalah dimanakah Gembeler akan tidur
malam ini??. Setelah menemukan Masjid mungil ini akhirnya terjawablah pertanyaan Gembeler . Gembeler memutuskan
untuk nantinya setelah dari BNS bakal tidur di emperan Masjid yang satu ini.Hmm
dasar Gembeler!!! Satu kejadian yang jadi memori di Masjid ini adalah ketika
saya duduk di dekat pintu menjaga tas saudara Paimin. Sebelumnya di dekat pintu
itu sudah ada sekelompok keluarga asal Banyuwangi yang sedang istirahat dan
makan. Entah melihat wajah ku yang melas atau memang ingin berbagi, serta merta
ibu di sebelah ku menawarkan makanan, “Mas makan mas”!!, sembari menaruh makanan
di depan kaki ku.
Oke!! Kita sudah tidak sabar menikmati spektakulernya
BNS. Usai solat meskipun perutku keroncongan gara-gara mencium aroma sate
kelinci di depan Masjid, kita meneruskan langkah menuju BNS. Jarak dari Jatim
Park 2 menuju BNS tidak begitu jauh walaupun lumayan juga kalau ditempuh dengan
jalan kaki. Tetapi karena jalan yang macet kebanyakan pengunjung memang sudah
mulai berjalan kaki dari Jatim Park II untuk menuju BNS.
Numpang Ngek-ngok
@BNS
|
Limabelas
menit berjalan sampailah Gembeler dan Mas Ajis di BNS. Tiket masuk ke BNS
sebesar 15ribu rupiah per orang. Setelah mendapatkan tiket Gembeler masuk ke
BNS. Namun Gembeler berpisah dengan mas Ajis di sini karena entah kemana Mas
Ajis menghilang begitu saja. BNS menawarkan wahana yang memang mengasyikkan
dari yang bisa aja sampai yang lumayan ekstrim. Di mulai dengan taman lampion
hingga Megamix yang memutar pengunjung hingga jungkir balik 360 derajat. Untuk
mencoba wahana di BNS pengunjung harus kembali merogoh koceknya dari 10 ribu
hingga 15ribu. Gembeler hanya melihat sadja disana dan tidak tertarik untuk
mencoba salah satu wahana. Alasanya sih karena capek tapi guwe jujur alasanya
karena takut dan uang!! Wakakaka.
Puas
menggrayangi BNS, 22.00 Gembeler keluar dari BNS dan mencari warung untuk makan
malam sembari menuju Masjid yang tadi kita putuskan untuk bersinggah merebahkan
badan. Di sepanjang jalan warung yang ada sudah mulai tutup, habis atau mungkin
tidak menarik hati. Gembeler sudah kelaparan. So, list kuliner sudah diabaikan.
Berjalan beberapa saat Gembeler memutuskan untuk makan di salah satu warung
lalapan. Kalau di Jogja disebut sebagai warung penyetan, di Batu warung semacam
penyetan di Jogja disebut warung lalapan.
Gembeler
membaca menu yang ditempel di dinding. Nasi goreng 8ribu, Cap cay 8ribu, dll.
Hmm kita tertarik Nasi Goreng.
“Bu nasi
Goreng empat”
“Nasi
Goreng habis” Jawab ibu pemilik warung.
“Nasi
Mawut bu?” kita nanya lagi
“Habis
semua mas, tinggal lele”Ibunya menjawab dengan sorotan galak.
“ya udah
bu lelenya empat” kita serentak.
“Lelenya
tinggal tiga yang satu Mujair ya” ibu nya seperti sedikit memaksa.
“ya”, kita
serempak lagi.
Menunggu
beberapa saat, siaplah sudah makanan kita. Hah..kita kaget benar. Mungkin lele
yang digoreng jenis Lele Dumbo. Gede Amat!!.Makanan yang disajikan adalah dua
porsi dengan Lele yang besar bangets, satu porsi dengan dua lele yang sedang,
dan satu Mujair yang juga besar. Haha..aku agak aneh dengan dua buah Lele yang
dipaksakan disajikan di salah satu porsi makanan kita. Berarti Lele nya
sebenarnya masih empat bukan??
Beberapa
saat kita makan, ada bapak-bapak masuk warung dan memesan sesuatu. Aku
mendengar sepertinya bilang “Nasi Goreng satu”. Tiba-tiba si pemilik warung
menumbuk sesuatu mengiris dan meramu beberap bumbu.
“Hah, kok
Nasi Gorengnya masih?’, aku berbisik ke Paimin.
Kita
postif tingking dan berceletuk, “mungkin cap cay”
Tapi
beberapa saat si penjual memasukkan nasi ke dalam wajan dan srengg..nasi goreng
jadi. What??? Kenapa kalo kita yang pesan bilang habis.
Setelah
kita usai makan, kita membayar dan satu porsi di hargai 15ribu rupiah!!.Wajar
si untuk ukuran warung di deket tempat wisata, tapi kenapa kita tidak
diperbolehkan memesan Nasi Goreng yang hanya seharga 8ribu.
Okelah,
never mind!!!
Sudah pukul 22.15, Gembeler melanjutkan perjalananya.
Tenang dan santai kita berjalan. Sesekali kita berfoto di tengah jalan.
Sebelum tahu
hotelnya dah penuh alias udah di kunci
|
Tanpa
terasa sampailah kita di Masjid yang akan kita singgahi. You Knowwww??? Kita
terancam tidak bisa singgah di Masjid ini. Gerbang perumahan menuju Masjid ini
sudah di kunci. Dan Apes deh!!! Kita memang tidak bisa masuk ke Masjid ini.
Gembeler tambah galau!!. Kluntang klantung tak tau arah. Jalanan sudah mulai
sepi saat itu apalagi jam sudah menunjukkan pukul 22.30. Mau gak mau Gembeler
harus tetap melanjutkan perjalanan. Terus berjalan dan berjalan gembeler
melewati jalan yang sepi dengan kiri dan kanan berupa hutan kecil yang cukup
gelap. Gembeler sekali lagi hanya bisa pasrah. Tujuan kita sekarang adalah
menuju Indomaret di dekat Terminal Kota Batu yang tadi kita sempet membeli air
mineral disana. Perjalananya lumayan jauh dan menguras keringat, apalagi Paimin
sedang merasakan pegalnya kakinya yang kena encok gara-gara pake sandal Lotto pas naik ke Bromo.
Berjalan
langkah demi langkah akhirnya sampailah kita di Indomaret. Sampai di Indomaret
kita ingat dari kata-kata pelayan di Indomaret bahwa di belakang Indomaret juga
da Masjid. Kita pun berusaha berjalan menuju perkampungan yang saat itu sudah
sangat sepi. Bentuk perkampungan yang berupa cekungan atau berada di sepadan
sungai membuat suasana semakin mencekam. Di tengah kampung ini mengalir sungai
yang konon sering digunakan untuk mencari wangsit. Ketika memasuki kampung
Gembeler harus melewati jembatan sungai tersebut dengan suasana yang sunyi dan
gelap. Sesekali terdengar suara anjing melolong dari arah rerimbunan pohon
bambu di sepinggiran sungai. Kita mencoba mencari Masjid di perkampungan itu,
tetapi Gembeler tidak kuasa masuk ke gang yang lebih sempit karena takut
menggangu masyarakat setempat.
Akhirnya
kita kembali ke jalan besar di depan Indomaret. Kita duduk menundukkan kepala
di emperan Toko sebelah Indomaret. Beberapa saat aku bertanya dengan tukang
parkir di Indomaret, “Pom bensin masih jauh gak mas?” dan jawabanya
adalah,”jauh mas!”. Mendengar jawaban itu Gembeler kembali pasrah. Gembeler bimbang, menganga dan hanya bisa
duduk menunduk di depan emperan Toko.
11.30 kita
masih terkatung-katung. Tiba-tiba ada bapak tukang parkir yang mendekati kita.
Wajahnya lumayan garang dengan tato di tanganya.
“Mas, dari
mana?”, tanya Pak tukang parkir.
“Jogja
mas”, kita serentak.
“Dalam
rangka apa?”tanyanya lagi.
“Jalan-jalan
mas”, kita menjawab dengan muka yang melas.
“kok jam
segini sampe sini?” tanyanya lagi.
“iya pak,
tadi ndadak sekali dan gak sempet cari hotel”,jawab kita.
Ternyata
pak tukang parkir menawarkan untuk tidur di Masjid di Kampunganya. Rumah Pak Tukang
Parkir dekat dengan Masjid tersebut. Takut berjalan sendiri menuju kampung kita
masih gamang untuk beranjak berdiri. Akhirnya Pak Tukang Parkir menawarkan
untuk bareng dengan dia saja.
Sekitar
pukul 12.05, Pak Tukang Parkir mengajak kita untuk mengikutinya. Saat itu
pikiran sudah tidak karuan apalagi perjalanan di perkampungan tersebut tetap
terasa mencekam. Lima menit berjalan akhirnya kita sampai di Masjid yang
dimasud. Bapak Tukang Parkir tadi membukakan pintu masjid dan menyalakan lampu.
Kita
sedikit tenang. Tas ransel kita taruh di shaf paling belakang dekat dengan
pintu keluar dan kita segera bergantian mengambil air wudlu untuk sholat Isya’.
Masjid yang mungil ini masih dalam masa renovasi. Tempat Wudlu pria berada di
belakang masjid sedangkan tempat wudlu wanita berada di depan Masjid. Bangunan
tempat wudlu pria terlihat lebih tua dan tempat buang air kecil yang masih
terlihat konvensional. Di situlah aku merasakan hawa yang tidak nyaman. Hingga
saat aku menulis tulisan ini aku jadi merinding.
Usai
sholat Isya’, Para Gembeler wanita langsung tidur. Sedangkan saya harus
menemani Pak Tukang parkir. Beberapa saat setelah kita sholat ternyata Pak
Tukang parkir datang ke Masjid bermaksut menemani kita. Dia membawa dua bungkus
rokok dan korek jress. Aku duduk di sampingnya dan dia menawariku rokok. Aku
minta maaf untuk tidak merokok karena aku memang tidak merokok. Dia maklum dan
menyulut rokoknya sendiri.
Awal
perbincanganya dengan dia, aku sedikit negatif
thinking. Jangan-jangan ada maksud tertentu nih bapak yang satu ini
menemani kita. Tapi setelah agak lama berbincang aku yakin, Kita menemukan
Orang baik di Batu!!.
Beberapa
saat aku berbincang dengan bapak ini, Paimin pun selesai sholat Isya’. Dia agak
lama karena sebelum sholat harus buang air besar dan celananya harus ganti
gara-gara basah setengah lutut. Perbincangan pun di mulai lagi oleh Paimin.
Kita bertiga berbincang di depan emperan Masjid.
Bapak yang
satu ini dulunya ternyata adalah bekas seorang narapidana. Beberapa tahun yang
lalu bapak ini di tangkap dan ditahan lantaran mabuk dan berkelahi di dalam
bus. Kondisinya yang dulu suka mabuk-mabukan itu ternyata beralasan. Dia
memiliki latar belakang keluarga yang menimbulkan stres dan depresi pada
dirinya sehingga minum-minuman keras dan kehidupan jalanan menjadi pelariannya.
Selain memiliki latar belakang masa lalu yang suram. Bapak satu ini
menceritakan tentang jimat yang dimilikinya yang merupakan peningdalan almarhum
ayahnya berupa”pecut”. Berkaitan dengan jimat ini kita sempet ditawari kalau
menginginkan mencari jimat. Astagfirullah, dalam hati kita hanya bisa berkata,
karena kita tidak mungkin mengatakan hal tersebut tidak diperbolehkan di depan
bapak yang satu ini.
Menambah
merindingnya bulu kuduk saya. Bapak ini juga menceritakan tentang profil
kampunya ini. Kampungnya ini dulunya adalah sebuah hutan dan merupakan tempat
yang dianggap piningit. Beberapa tempat di Kali yang sempet kita temui saat
menempati kampung tadi juga merupakan salah satu tempat orang mencari hal gaib.
Seperti apa yang dilakukan Jupe untuk mendapatkan gelar titisan Suzana. Hmmm...setiap
Paimin mengalihkan pembicaraan si bapak tentang hal gaib masih saja bapak ini
kembali membahas hal gaib.
Hingga
03.15 Aku, Paimin dan Si Bapak belum tidur. Aku sendiri sudah sangat kantuk apalagi
dingin sudah terasa menusuk tulang. Aku sudah tidak tahan dan aku memutuskan
untuk tidur. Paimin tidak tega meninggalkan bapak tukang parkir ini dan finally Paimin mampu menemani cerita si
bapak hingga adzan subuh.Hebat!!!
Adzan
subuh berkumandang di desa sebelah. Yeyek dan Crcoh Girl bangun dan akupun juga
terbangun. Paimin terlihat masih berbincang dengan si bapak. Salah satu pemuda
kampung datang akan mengumandangkan adzan dan si bapak pulang tidak ikut serta
sholat subuh.
Usai
sholat Subuh hati kita sudah lumayan tenang. Hingga ketika kita sudah selesai
packing di depan halaman masjid tiba tiba bapak-bapak menanyai kita. Terlihat
bapak-bapak dengan sosok yang menurut saya adalah seorang tetua desa.
“ Dari
mana ini?”
“ Dari
Jogja, pak” kita menjawab serentak
“Siapa
yang ngaterin sampai sini”,
Kita
ketakutan dan menjawab”Bapak yang parkir di Indomaret”.
“Tujuannya
apa sampai sini?” masih bertanya.
“Kuliah
dimana?”
“UGM,
Jogja Pak, tapi kita sudah kerja pak” kita menjawab
Percakapan
mulai tidak menegangkan setelah beliau bercerita kalau anaknya juga kuliah di
UGM.
“Ayo,
mampir-mampir minum teh dulu di rumah bapak” bapak itu berbicara dengan senyum
sembari melemparkan syalnya di leher sebagai penutup kepala mirip imam-imam
masjid di arab.
“sudah pak
terimakasih, kita mau langsung ke terminal pak”. Sembari berbinar kita
menjawab.
Kita
menemukan orang baik lagi di Batu!!!
Berjalan
kaki, Gembeler menikmati pagi di Kota Batu. Di depan kampung kita berhenti
sejenak menunggu Paimin membeli Pop Mie di Indomaret. Harga Pop Mie ukuran
besar dengan rasa baso sapi adalah 2700 rupiah. Untuk air panas nya lagi-lagi
dihargai “geratis”!!. Yups begitulah kata kasir di Indomaret itu. Meskipun kalo
untuk minuman panas seperti kopi setiap gelasnya bisa dihargai hingga 4000 ribu
rupiah. Paimin sengaja gak bilang sama Yeyek dan Croch girl, takut mereka ikut
berbondong-bondong beli. Dasar Paimin!.
Berjalan
sejenak kita sudah disambut dengan hiruk pikuk aktivitas di Pasar Besar Kota
Batu. Dari depan pasar kita menyebrang menuju Terminal Kota Batu yang tidak
jauh dari Pasar. Di depan terminal kita langsung menemukan angkot yang sedang
ngetem. Gembeler memastikan bahwa angkot akan menuju terminal Landungsari.
Beberapa saat Gembeler duduk di Angkot akhirnya sopir angkot berangkat. Kalo di
pikir-pikir Malang bisa dikatakan sebagai Kota Angkot. Di Malang, Angkot
menjadi kendaraan yang sangat populer bagi Masyarakatnya. Hanya dengan
2500rupiah tersedia rute yang lengkap untuk mengelilingi Malang.
Mkakasih infonya
BalasHapusKanker Paru