Kamis, Oktober 20, 2005

Pulang untuk membahas pikiranya......

Dari Perjalananya, ia mencoba mencari-, gerangan apa yang bisa diambil dari sebuah perjalanan. Ketika ia harus berbelok, harus berjalan lurus dan harus menghindar dari polisi tidur yang tak pernah bangun menjadi pengalaman yang sangat berharga. Tak disangka hari telah merubah mukanya menjadi sebuah muka hitam semburat orange.... menjadi senja yang merah menuju malam.... Ia masih diatas mesin hidup dari motor merah yang membuatnya bergoyang atas bawah atas bawah. Dalam perjalanannya tak didapatinya cahaya seberkaspun, hanya sebuah sorot berbelok yang tentu membuatnya bingung tercengang dan hanya dilihatnya sebagai sebuah anugrah yang benar-benar tak diduganya. Sosok menik kembali hadir menyongsong pintu masuk rumahnya. Namun tak ada sedikitpun tatapan darinya... dirinya masih terlalu takut untuk menatapnya. Matanya masih dalam pikirannya pada jalan berkelok yang berlapis-lapis hingga membuatnya kebingungan. Bagi dirinya menik menjadi soal kenomor seratus ,meski ia sadar bahwa di kehidupan kelak, sosok menik akan selalu bisa membantu bila dia pun mau memberikan sedikit eseman yang menurut menik sangat berarti. Ia segera memasukkan motor yang masih kotor dengan debu-debu jalanan. Ia bergegas pergi kedalam mimpinya untuk mencoba membahas kembali sebuah cahaya yang berlapis.......to be continued



Sabtu, Oktober 15, 2005

Berangkat Kedunia yang dianggap Nyata


Dari meja kerjanya ia segera mengambil kapas dan obat untuk sedikit mengusap kakinya yang berdarah. Meski ia belum tahu obat apa yang sebenarnya harus diusapkannya. Tapi tak apalah... bergegaslah dia mengambil handuk yang sudah sedikit berlubang yang kalau orang jawa bilang "amoh". Di letakkan handuknnya di sebuah tali tua ditempat yang penuh air kehidupan. Hari ini ada kuliah !!!! ingatan itu membuatnya bergegas menggayung satu demi satu air, yang belum tentu bisa membersihkan dirinya. Tak masalah ...... lah... motor merah segera dihidupkannya. dan segeralah iya membubung tinggi menuju kehidupan yang benar-benar dianggapnya nyata. Menik sebagai sosok yang benar-benar membuatnya down, yang belum pernah dapat ia taklukan terus saja mengrumuni dan tentu saja tak akan menghilang karena dia memang selalu ada disekelilingnya. Pelariannya didunia yang ia anggap nyata menjadi satu hal yang menjadikan ia begitu tenang, meski terkadang sekantung comberan kecil , hanya kecil, yang masih saja ia dapatkan disini. Tapi terkadang ia harus tetap meminumnya mentah-mentah ...dan memaksa untuk tidak dirasakannya..... Satu hal yang terus saja ia inginkan... Bukan sebuah pujaan, bukan sebuah uang atau basa-basi kehidupan, dan bukan pula sebuah pengahargaan namun sebuah kata "dihargai"..........to be continued

Kamis, Oktober 13, 2005

Tak ada satu kata pun, Mungkin hanya setengah.....


kembali disodorinya sebuah meja,lengkap dengan alat tulis dan kursi reot dengan paku yang menyerongot didekat kakinya. Terkadang paku itu lah yang membuatnya menitihkan darah namun bukan airmata. Kertasnya saat itu telah terisi sedikit tulisan. Dilihatnya dengan tatapan sayu dan rengekan malas ,tetapi tetap saja kertas tak mau menambah atau mengurangi sedikit tulisan untuk mengisi harinya saat itu. "Tangan itulah yang seharusnya " ujar sang kertas. "Lihat lah bintang yang masih samar itu dia selalu berketetapan menunggu malam, karena memang kemampuanya hanya itu". "Tapi, meskidemikian ia tetap berusaha semampunya karena memang itu kemampuanya"."dan hasilnya......... lihatlah surya telah bersinar tapi bukankah engkau dapat melihat sang bintang, meski samar-samar".Kertas terus saja bicara panjang lebar dan telinganya terus berusaha mendengarkanya. Ya.... tapi mungkin hari ini engaku kutinggalkan saja ya......!!! malas nih !!!!. "Oke lah akan kucoba menorehkan sedikit untuk warna-warnimu, tapi sedikit saja,.. darah ku sudah lama menetes nih", begitu jawabanya kepada sang kertas dan kembali ia melihat sang bintang yang tadi samar-samar tapi sekarang telah terkalahkan dengan sinar sang surya yang membangunkan segenap mahkluk dibumi. .....to be continued

Sabtu, Oktober 08, 2005

Dalam Lolongan Cendela


Daun kecil layu terjatuh terbawa angin menyeret jendela . Suara itu menjadi sangat terdengar ,semuanya masih dalam keheningan ,hilang dari dirinya sendiri. Mereka masih dalam perjalanannya menyusuri kegelapan malam yang bergegas hilang. Meski terkadang ada pula yang mencoba melepas bebanya, hingga hilang setengah, seperempat atau seperdelapanya. Meski begitu itu menjadi hal yang berarti bagi mereka,tak setiap orang bisa melakukanya meski hanya sekecil remukan roti yang dibawa sang semut kemarin malam. Dia beranjak mencoba mekoordinasikan otot-otot agar bisa bekerjasama dengan sang otak. Dia bangun dari perjalanan yang masih saja melelahkan. Mencoba melihat venus yang masih nampak samar dilangit timur nan jauh disana. Bebannya semalam belum hilang seperdelapanpun, hanya kembali melanjutkan perjalanan yang tiada berarti. Digerakkan kaki-kaki beserta falanges dengan kuku panjangnya menuju ke ruang tanpa batas. Di....... to be continued

Kamis, Oktober 06, 2005

2nd Ramadhan

Hari kedua Ramadhanku.......
aku tak tau mengapa perasaanku biasa saja, tak seperti biasanya romadanku kali ini mengapa biasa saja. Tapi aku akn menjadikan Ramadhanku kali ini istimewa. lain dari yang lalu. aku berharap Ramadhanku kali ini penuh makana. Aku berharap Ramadhanku kali ini menjadi pembersih yang sebenarnya. Sudah lama noda ku ini belum saja sembuh .