Selasa, November 13, 2012

AMG = Angkot Mak-mak Galau

Perjalanan ke Malang dengan Penataran adalah perjalan yang diwarnai dengan kegalauan. Kita masih belum tau, setelah sampai Malang apa yang akan kita lakukan. Di dalam pikiran kita juga masih memikirkan permintaan Tante Ranger Kuning yang merengek melarang kita ke Bromo karena bagi dia “gak ada gue loe gak ngeBlasssshhhh”. Gembeler galau akhrinya mengeluarkan peta yang sudah diprint oleh Paimin. Buka peta, bikin kita semakin galau sadja. Akhirnya tidur adalah pilihan terbaik. Hampir dua setengah jam lebih kita isi dengan tiduran. Sesekali kepala tertunduk, kita terbangun. Sesekali penjual menaruh daganganya di pangkuan kita, kita terbangun. Sesekali pengamin bernyanyi kita juga terbangun. Perjalanan dari Surabaya ke Malang melewati beberapa kota di Jawa Timur. Termasuk Porong, Sidoharjo. Di sidoharjo kita akan melewati tanggul-tanggul yang terbuat dari batu yang disusun digunakan untuk menahan luapan lumpur yang muncul dari tahun 2006 itu. Tidak tanggung-tanggung, ternyata panjang tanggul hampir mencapai 1,2 KM.

Gali-gali-gali-gali-gali lobang
Gali-gali-gali-gali-gali lobang
Lobang digali menggali lobang
Untuk menutup lobang
Tertutup sudah lobang yang lama
Lobang baru terbuka
Gali lobang tutup lobang
Pinjam uang bayar hutang
Gali lobang tutup lobang
Pinjam uang bayar hutang
Gali-gali-gali-gali-gali lobang
Gali-gali-gali-gali-gali lobang
Gali-gali-gali-gali-gali
Tung ndung ndung ndut duuuuuuuuutt...~~~~

 Seniman Malang @kereta Panataran yang Nge-Hits-in Lagunya Bang Haji

Lagu bang Haji itulah yang bikin kita sungguh-sungguh tidak galau lagi. Kita terbangun dan ikut bernyanyi bersama pengamen Malang. Kita sudah hampir sampai Malang. Udara sedjuk terasa. Di sisi kanan kereta terlihat mendung menggulung sedangkan disisi kiri terlihat matahari mulai menyingsing.Di kiri dan kanan kereta kita sudah disajikan pemandangan indah gunung-gunung dan perbukitan menjulang. Sesekali kita menyebragi jembatan. Setelah melihat indahnya pemandangan Gembeler beranjak dari kegalauan, Gembeler memutuskan untuk wisata kuliner terlebih dulu di Kota Malang sekalian sarapan pagi.

07.30 Gembeler menjamah Stasiun Kota Baru Malang. Clingak-clinguk kita keluar dari kereta. Di stasiun inilah Croch Girl bertemu dengan pengikutnya. Seorang Ibu paruh baya atau bisa disebut nenek-nekek tiba-tiba berlari mengikuti Croch Girl. Aku sampai kaget dibuatnya. Ternyata si nenek juga pengguna sepatu Croch yang mahal dan Ngeblashhh abisss itu. Nenek membuka percakapan tentang sepatu yang digunakan.
“Mbak pakai Krok juga ya?”, nenek membuka percakapan.
“hehehe” Croch Girl hanya nyengir.
“harganya berapa ya sekarang?” ,nenek bertanya lagi.
“heheheh” Croch Girl tambah nyengir lagi.
“eh, tempet saya dulu 450 ribu e mbak!”, nenek berbangga.
“heheheh”, Croch Girl Nyengar nyengir.

“Beli dimana mbak?”, nenek masih bertanya.
“heheheh”, Croch Girl NYENGOR. ~O~.
Aku nyletuk.
“Belinya di FORTUNA mbah, deket pasar Beringharjo. Jualanya deket kasir tepatnya di deket dandang ma soblok yang baru diskon.”
Gembeler pun tertawa dan sepulang dari perjalanan ini Croch Girl dinobatkan sebagai The Most Fashionable Girl in Stasiun Of Malang. 
Ternyata Stasiun Kota baru tergolong stasiun kecil. Keluar dari Stasiun kita menyempatkan diri untuk cuci muka. Sayang syalala lala kita terlanjur keluar dari stasiun, so kita harus membayar seribu rupiah. Tapi tidaklah mengapa, karena dari ibu penjaga toilet yang terlihat galak, kita bisa mendapatkan informasi untuk jalan menuju terminal dan alun-alun Kota Malang.
Selesai cuci muka kita mencari wartel bermaksut menelpon hotel kawasan Bromo hanya untuk mengetahui cuaca disana. Tapi karena dilihat dari nomor telpon hotel yang memiliki kode wilayah yang berbeda, kita mengurungkan niat masuk ke wartel karena sudah tentu harga akan sama saja mahal seperti kalo telpon dari ponsel. Di depan stasiun kita pun mengambil keputusan untuk meneruskan langkah ke Tugu Malang.
Kita berjalan kearah luar stasiun menuju ke Tugu Malang bermaksut untuk mendapatkan makanan sarapan. Melihat tatanan Kota Malang yang rapi dan asri kita semakin excited untuk berjalan dan jeprat-jepret sana sini mencari angel yang bagus. Di Tugu Malang kita bertemu mbak-mbak mahasiswa yang sedang menikmati pagi menggunakan jas almamaternya, entah matakuliahnya kosong atau sekedar mejeng dengan di Tugu yang asri itu. Kita bertanya tempat-tempat yang bisa kita sambangi untuk berkuliner. Dari info yang kita dapet kuliner yang paling banyak biasanya buka di hari Minggu pagi di dekat kawasan Tugu tersebut. Karena hari itu hari sabtu, maka kita hanya bisa ndomblong!!.

The Gembeler Ngider di Malang

Sembari berfoto-foto di Tugu Malang, Tante Ranger Kuning masih nelpun lagi berharap kita tidak pergi ke Bromo. Dengan alasan yang sama yaitu “ga ada gue ga Ngeblashhh”. Permintaan Tante Ranger Kuning ini malah menjadi setitik semangat untuk bisa sampai ke Bromo. Dari detik itu munculah secercah rencana pergi ke Bromo. Usai menikmati Tugu Malang kita mengambil background Balai Kota Malang untuk berfoto.

Usai berfoto di depan kantor Balaikota Malang kita melanjutkan perjalanan ke arah Old Catholic chruch. Jalan di depan gereja tua ini berbentuk bundaran.Di sisi depan kanan gereja, di seberang jalan kita menemukan Tourism Center. Gembeler bertanya-tanya kemungkinan pergi ke Bromo dari Malang. Dari hasil informasi kita ditawari harga paket tour ke Bromo dengan harga 600ribu dengan menggunkaan tarvel dari agen tersebut. Disisi depan sebelah kiri di sebrang jalan dari gereja itu terdapat Toko Oen. Dari luar, terlihat bangunan Toko Oen yang masih asli dengan cat pintu hijau dan arsitektur bergaya retro belanda. Toko Oen ini masuk di list pertama wisata kuliner kita. Menu yang disajikan di Toko Oen ini adalah menu yang masih asli warisan resep Belanda. Menu andalan Toko ini adalah Ice cream Spesial Oen. Sayang syalala lala, kita belum bisa mencicipi menu spesial ini karena kita sudah terlanjur menobatkan diri sebagai Gembeler yang tidak sembarangan jajan alias irit biar cepat kaya.

 Bangunan Dengan Aksen Belanda @Malang
Beranjak dari depan Toko Oen kita melanjutkan perjalanan menuju alun-alun Kota Malang. Kita mengira di alun-alun ini bakal banyak penjual makanan atau sarapan pagi. Tapi sekali lagi sayang syalala lala kita tidak menemukan penjual makanan yang representatif untuk sarapan. Disisi barat alun-alun kita akan melihat masjid yang tinggi menjulang. Old Grand Mosque dengan aksen hijau menarik sekali untuk dikunjungi atau sekedar mengambil air wudlu, tapi rasa lapar kita menyeret langkah kita ke arah Jalan Pasar Besar.
Kita memutuskan untuk mencari sarapan di Pasar Besar dengan asumsi bahwa dimanapun pasarnya pasti akan banyak makanan dijual dan tentunya makanan yang dijual akan lebih khas. Pasar besar ini benar-benar menjadi pusatnya kota Malang. Dari sayuran, pakaian hingga boneka Shaun The Sheep bisa kita temukan.
Masuk ke Pasar kita serasa tidak menjadi Gembeler lagi. Kita malah seperti turis yang tersesat. Masuk ke bawah tanah, kita malah disajikan aroma tidak sedap dari pasar yang ternyata kita berada di Los Daging Ayam. Di dalam pasar dekat dengan Los daging Ayam ini sebenarnya kita menemukan penjual soto tetapi aroma yang tidak sedap dan lebih parah dari aroma di dekat tempat duduk Stasiun Lempuyangan beberapa waktu laLu membuat kita untuk segera keluar.
Menahan nafas, kita keluar dari pasar. Finally di sisi kiri pasar kita menemukan penjual Tahu campur. Tahu campur ini juga masuk dalam list kuliner yang juga harus kita coba. Kita memesan tiga porsi Tahu Campur karena aku tindak begitu suka dengan makanan yang menggunakan daging sapi. 

 Yummy nya..Tahu Campur Khas Malang @Pasar Besar

Setelah usut benang kusut, penjual Tahu Campur tersebut mengaku bahwa pernah merantau di Jogja dan tinggal di dekat Pabrik Susu SGM. Sambil bercerita penjual Tahu Campur meracik Tahu Campur. Meskipun disebut tahu campur jangan heran kalo jumlah tahu yang disajikan dalam seporsi tidak mendominasi masakan khas Malang ini.  Tahu Campur berisi tahu yang sudah digoreng alias tahu magel yang diiris-iris, lontong, kecambah, daun seledri, daging sapi, kikil dan yang khas adalah adanya irisan Jemblem. Jemblem adalah semacam ketela pohon yang diparut lalu dibumbui dengan kunyit dibentuk bulat-bulat dan digoreng. Campuran beberapa bahan tadi disiram dengan kuah kuning yang segar dan bening. Namun sebelum penjual meracik beberapa bumbu itu, beberapa sendok petis ditaruh diatas piring sebagai dasar untuk menaruh bahan-bahan racikan tersebut. Menurut penyuka kuliner sapi seperti Yeyek, Tahu Campur tersebut lumayan mantab.
Tanpa memesan minum kita menghabiskan Tahu Campur. Dengan harga 6ribu perporsinya, Tahu Campur menjadi sarapan pertama kita di Malang. Sembari membayar, Croch Girl bertanya, “Penjual Es Tawon di Sebelah Mana?”. Dari Informasi penjual Tahu Campur, Lokasi ES Tawon tidak jauh dari Pasar Besar. Lokasinya berada di daerah Kidul dalem.

 Cilok @Pasar Besar yang isinya macem-macem

Sebelum meninggalkan Pasar Besar kita menyempatkan diri membeli Cilok. Kita tertarik dengan bentuk Cilok yang bermacam-macam. Kita pun mendapatkan satu plastik Cilok dengan harga 2ribu rupiah. Sesekali kita mengunyak Cilok, kita berjalan menuju lokasi Es Tawon. Setelah berjalan tidak begitu jauh dari Pasar Besar kita menemukan warung Es Tawon disebalah Hotel Malinda.



Es Tawon yang Menyegarkan Harimu..
Segelas Es Tawon dihargai 5ribu rupiah. Isi Es tawon adalah kacang ijo, cendol hijau, cincau hitam, toping es serut dan terakhir sirup rasa rose yang beraroma semerbak. Sesekali kita akan menemukan anak tawon diantara es yang kita minum. Mungkin itu kenapa disebut es tawon. Adanya tawon juga dikarenakan aroma sirup yang mampu mengundang datangnya tawon-tawon madu.


Panasnya kota Malang siang itu telah digantikan segarnya Es Tawon. Kita kembali bersemangat. Di depot Es Tawon ini kita meyakinkan diri untuk berngkat ke Bromo. Rute menuju Bromo yang kita ambil adalah Malang (Arjosari)-Probolinggo(Bayu Angga)-Cemoro Lawang. Setelah bertanya dengan penjual es, kita disarankan untuk naek angkutan umum dengan jalur yang memiliki kode huruf AG.
Gembeler menunggu angkot di atas jembatan Jalan Gatot Subroto. Beberapa angkot mengklakson dengan suara yang sangat keras tapi bukan jurusan yang kita cari. Kita masih menunggu angkot dengan Kode huruf AG. Huftt ternyata dari beberapa angkot kagak ada yang hanya berkode AG. Usut benang kusut, ternyata tidak harus berkode AG tetapi bisa juga kode lain yang penting memuat dua huruf itu A dan G.

Masih belum sadar dengan hal tersebut, dari arah depan terlihat angkot jurusan ABG. Secara kita sudah dewasa dan bukan ABG lagi, kita gamang untuk memanggilnya. Angkot jurusan ABG pun terus melaju tak memperdulikan kita meski sesekali mengklakson kita keras-keras. Mungkin muka Gembeler masih ABG abisss.
 Angkot adalah teman Gembeler Ngider di Malang
 Tak selang beberapa menit setelah kita sadar tentang permasalahan jalur tersebut. Angkot jurusan AMG datang dari arah depan, kita manggil angkot dengan jurusan AMG tersebut. Setelah memastikan kalau angkot tersebut melewati Arjosari, kita pun naik. Di dalam angkot diasajikan beberapa kerumunan mak-mak ngerumpi, ngobras, dan bersenda gurau riuh rendah memenuhi hampir setengah angkot dengan bahasa khas Malang.

Hmmm kita sepertinya salah masuk angkot. Meskipun rute angkot sudah benar tapi kita seharusnya naek Angkot yang jurusan ABG tadi karena pasti didalemnya banyak anak-anak ABG yang Ngeblessshhh abis, bukan di Angkot AMG yang berisi mak-mak galau. Setelah kita pikir-pikir, kita sudah masuk Angkot Mak-mak Galau yang biasa di singkat AMG.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan coment disini!! Isikan nama anda dengan klik colom pada "beri komentar sebagai" Isikan pula URL/alamat blog anda