Rabu, November 14, 2012

3ribu!! Mau....

Dingin menusuk tulang. Gembeler kelimpungan di kamar. Roti tawar yang berisi 20 slice roti tinggal setengah dan Paimin sudah melarang kita mencomot roti tawar lagi. Katanya untuk besok sarapan pagi. Melas bukan?

Usai menggunakan kaus kaki kita keluar hotel. Mau masuk ke tempat makan di hotel kita tidak sanggunp. Tadi sore pas membayar uang sewa kita sempat melirik harga-harga makanan di dalam hotel. Harga 1 porsi mie instan dengan mangkuk adalah tujuh belas ribu. Sedangkan harga satu paket pop mie adalah sepuluh ribu rupiah..Hemmm Apa!!!!! Its really really expensive for Gembeler. Kita pun mengurungkan niat membeli mie disini meskipun Corch Girl sempat pasrah untuk tetap membeli. Tapi berhasil menggagalkan niat buruk itu.

Setengah sembilan malam Gembeler memutuskan keluar dari hotel sekedar untuk jalan-jalan. Di depan kamar hotel kita sudah sangat keGeEran sekali. Kerumunan anak-anak menjejali langkah kita bak fans pingin minta tanda-tangan. Haha ternyata kita salah sangka. Mereka bukan fans tetapi penjual aksesories yang memenuhi kebutuhan pengguna hotel akan pakaian yang fashionable di gunung.
~dubrak~~~

Para penjual cilik itu menjual kaus kaki, kaus tangan, topi kupluk, hingga syal untuk menghangatkan leher. Topi yang dijual juga memiliki kekhasan tersendiri dengan logo bundar bertuliskan “Bromo” di depan topi. Penawaran pertama untuk topi ini adalah 25 ribu. Tapi setelah melewati penawaran sengit satu topi bisa dibeli dengan harga 10ribu. Dengan harga yang cukup realistis itu Paimin pun membeli satu topi warna abu-abu yang Joshua Abisss!!

Mengerti harga yang dijual 10ribu, Yeyek ma Croch Girl tertarik untuk membeli. Di depan hotel kita pun memilih topi yang maching ma baju-baju Gembeler. Sedangkan aku sendiri tidak membeli. Karena tentu saja aku sudah membawa dari rumah sesuai daftar list yang sebenarnya sudah saya kirimkan via e-mail untuk dibawa para Gembeler. Mau dibilang Riweuh is oK, yang penting gue sudah membawa dan tidak perlu merogoh kocek..
yuhuuu~~~~~.

Yeyek dan Croch Girl sudah tidak perlu menawar lagi karena kita sudah tau sama tau harga satu topi 10 ribu rupiah. Yeyek memilih warna pink yang maching sama kaus tangan dan kaus kakinya sedangkan Croch Girl memilih warna putih coklat yang mirip dengan warna celana dalamnya.
Dari informasi si penjual cilik kalo mau mencari warung bisa berjalan naik keatas 500 meter atau bisa juga turun ke bawah sekitar 200 meter. Kalo warung yang lengkap disarankan naik ke atas. Tapi Gembeler tidak kuasa dengan dinginnya hawa disana. Akhirnya Gembeler memutuskan untuk turun ke bawah saja karena dari hotel sudah terlihat lampu menyala di bawah sana.

Kita berjalan kebawah mengikuti jalan beraspal yang menurun. Di sisi kiri jalan akan terdengar suara gemercik air dan suara serangga malam yang menambah eksotisme kawasan ini. Seperti laron menemukan cahaya lampu, langkah Gembeler semakin cepat karena lampu di depan rumah kecil di pinggir jalan menunjukkan adanya kehidupan.

Yeyek memasukkan kepalanya di antara pintu yang terbuka.
“Ada Mie, pak?”, gaya melas.
“Ada”, bapak dan ibu pemilik rumah yang disulap jadi warung kecil itu menjawab.
Yeyek mengeluarkan kepalanya dari pintu dan bilang pada Gembeler yang masih diluar, “Ada!”
Kepala para Gembeler ngikut melongok di Pintu, “Berapa?”
“Tiga ribu”, Bapak pemilik warung menjawab.
“Mauuuuuuk!!”, dengan suara lugas seperti habis makan pagoda pastiles.

Hati Gemberer berbunga dan masuk ke dalam rumah kecil itu. Di dalam rumah terdapat beberapa makanan kecil seperti Oreon mirip Oreo, Better dan minuman seperti kopi, susu dan Milo.

Kita menunggu Mie matang sambil bersenda gurau sembari sesekali tertawa kecil menertawakan kelakuan Gembeler sepanjang perjalanan menuju hotel.
 Mie yang dimasak lumayan lama dengan rasa soto ayam ini akhirnya siap di depan meja. Kita menyatap dengan lahap. Hawa dingin sudah mengalahkan panasnya mie godog ini. Selesai makan mie kita memesan Milo panas. 

Finally kita bayar 5ribu perorang untuk satu Mie Godog Tante (tanpa telur) dan satu gelas Milo Panas. Hmmm harga yang sangat murah untuk ukuran harga di atas gunung yang jauh dari pasar ataupun tempat kulakan. Bayangkan saja kalo si Ibu atau Bapak pemilik warung harus turun ke kota beli mie atau Milo melewati medan yang tidak mudah. Paimin pun trenyuh sembari mengingat kebiasanya kulakan di Pasar yang tidak sesusah bapak dan ibu ini..
Kita menemukan Orang Baik lagi disini!! ~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan coment disini!! Isikan nama anda dengan klik colom pada "beri komentar sebagai" Isikan pula URL/alamat blog anda