Rabu, November 21, 2012

One Night in Batu

Dari depan Bakso Presiden Kita mencari angkot denga Kode AL. Apan ya AL?.. “Anak Lebay” bukan lah!!!. AL adalah salah satu jalur angkot yang menuju terminal Landungsari. Kode “L” yang dimaksud adalah Landungsari. Untuk bisa sampai Kota Batu kita perlu menuju Terminal Landungsari dan berganti colt angkutan lagi menuju Terminal Kota Batu. Hanya lima menit Gembeler sudah dapet angkot yang kosong mlompong. Hanya kita berempat yang berada di dalam angkot. Untuk sampai Terminal Landungsari kita harus membayar 2500 rupiah. 

Dengan 2500rupiah kita juga sudah bisa menikmati keliling-keliling kota Malang. Diawali dengan melewati Rumah Sakit Lavallete yang kita cari, beberapa tugu dan taman kota Malang yang asri, Universitas Airlangga hingga stadion Gajayana. Sekitar 30 menit perjalanan akhirnya sampailah Gembeler di Terminal Landungsari. Sore itu pukul 17.05 terminal sudah nampak sepi. Baru beberapa langkah berjalan bertemulah kita dengan angkot pink yang sedang ngetem. Kita pun masuk setelah memastikan bahwa angkot tersebut menuju Kota Batu. Di dalam angkot kita masih menunggu beberapa lama hingga angkot penuh dengan penumpang. Di dalam angkot kita berkenalan dengan sesorang berasal dari Ponorogo beranama Ajis.  Aku sempet bertanya harga angkot sampai ke Batu tapi Mas Ajis juga belum tau karena juga baru pertama kali. Dan yang nyeletuk malah seorang kakek yang memancarkan aroma kebapaan di sebelah Yeyek yang bilang”Tiga ribu mas”. 
Perjalanan menuju Batu diwarnai dengan kemacetan. Mungkin karena besok pagi libur sehingga jalan menuju Batu macet total. Banyak bus bus besar asal luar kota yang juga sejengka demi sejengkal naik ke Kota Batu. Sopir angkot kita sudah tidak sabar dengan kemacetan ini dan akhirnya sopir melewati jalan tikus untuk bisa sampai Terminal Kota Batu. Sebenarnya kalau jalanan tidak macet, Gembeler akan turun di alun-alun Kota Batu. Namun karena jalanan yang macet, angkot hanya sampai di Terminal Kota Batu.
Hampir Magrib akhirnya Gembeler turun di Terminal Kota Batu. Mas Ajis yang juga bermaksut turun di alun-alun terpaksa juga turun di Terminal Kota Batu. Mungkin mas yang satu ini sedang galau juga mau kemana. Finally Mas Ajis ngikut kita berjalan. Dalam perjalanan kita membelokkan rencana menuju alun-alun menjadi ke BNS (Batu Night Spectacular). Di pilih BNS karena ternyata jalan menuju alun-alun dan BNS saling berlawanan. Padahal pusat kemeriahan malam hari di Batu berada di BNS karena BNS buka hingga pukul 24.00.
Kota Batu memang menawarkan wisata yang menakjubkan. Dimulai dengan Jatim Park I, Jatim Park II, Wisata pemandian, Wisata Paralayang di Gunung Banyak hingga gemerlap Kota Batu di Malam hari di BNS.
Hujan gerimis mulai turun tetapi Gembeler tidak menghentikan langkahnya. Berjalan 20 menit akhirnya sampailah kita di depan Jatim Park II. Gembeler menemukan Masjid dan berhentilah kita untuk sholat Maghrib. Kita tidak menjamak sholat Maghrib  dan Isya’ karena sholat Isya’ masih mungkin dilakukan nanti setelah dari BNS. Selama berjalan menemukan Masjid ini, Gembeler bener bener galau. Pertanyaanya adalah dimanakah Gembeler akan tidur malam ini??. Setelah menemukan Masjid mungil ini akhirnya  terjawablah pertanyaan Gembeler . Gembeler memutuskan untuk nantinya setelah dari BNS bakal tidur di emperan Masjid yang satu ini.Hmm dasar Gembeler!!! Satu kejadian yang jadi memori di Masjid ini adalah ketika saya duduk di dekat pintu menjaga tas saudara Paimin. Sebelumnya di dekat pintu itu sudah ada sekelompok keluarga asal Banyuwangi yang sedang istirahat dan makan. Entah melihat wajah ku yang melas atau memang ingin berbagi, serta merta ibu di sebelah ku menawarkan makanan, “Mas makan mas”!!, sembari menaruh makanan di depan kaki ku. 

Oke!! Kita sudah tidak sabar menikmati spektakulernya BNS. Usai solat meskipun perutku keroncongan gara-gara mencium aroma sate kelinci di depan Masjid, kita meneruskan langkah menuju BNS. Jarak dari Jatim Park 2 menuju BNS tidak begitu jauh walaupun lumayan juga kalau ditempuh dengan jalan kaki. Tetapi karena jalan yang macet kebanyakan pengunjung memang sudah mulai berjalan kaki dari Jatim Park II untuk menuju BNS.

Numpang Ngek-ngok @BNS
 Limabelas menit berjalan sampailah Gembeler dan Mas Ajis di BNS. Tiket masuk ke BNS sebesar 15ribu rupiah per orang. Setelah mendapatkan tiket Gembeler masuk ke BNS. Namun Gembeler berpisah dengan mas Ajis di sini karena entah kemana Mas Ajis menghilang begitu saja. BNS menawarkan wahana yang memang mengasyikkan dari yang bisa aja sampai yang lumayan ekstrim. Di mulai dengan taman lampion hingga Megamix yang memutar pengunjung hingga jungkir balik 360 derajat. Untuk mencoba wahana di BNS pengunjung harus kembali merogoh koceknya dari 10 ribu hingga 15ribu. Gembeler hanya melihat sadja disana dan tidak tertarik untuk mencoba salah satu wahana. Alasanya sih karena capek tapi guwe jujur alasanya karena takut dan uang!! Wakakaka.

Puas menggrayangi BNS, 22.00 Gembeler keluar dari BNS dan mencari warung untuk makan malam sembari menuju Masjid yang tadi kita putuskan untuk bersinggah merebahkan badan. Di sepanjang jalan warung yang ada sudah mulai tutup, habis atau mungkin tidak menarik hati. Gembeler sudah kelaparan. So, list kuliner sudah diabaikan. Berjalan beberapa saat Gembeler memutuskan untuk makan di salah satu warung lalapan. Kalau di Jogja disebut sebagai warung penyetan, di Batu warung semacam penyetan di Jogja disebut warung lalapan.
Gembeler membaca menu yang ditempel di dinding. Nasi goreng 8ribu, Cap cay 8ribu, dll. Hmm kita tertarik Nasi Goreng.
“Bu nasi Goreng empat”
“Nasi Goreng habis” Jawab ibu pemilik warung.
“Nasi Mawut bu?” kita nanya lagi
“Habis semua mas, tinggal lele”Ibunya menjawab dengan sorotan galak.
“ya udah bu lelenya empat” kita serentak.
“Lelenya tinggal tiga yang satu Mujair ya” ibu nya seperti sedikit memaksa.
“ya”, kita serempak lagi.
Menunggu beberapa saat, siaplah sudah makanan kita. Hah..kita kaget benar. Mungkin lele yang digoreng jenis Lele Dumbo. Gede Amat!!.Makanan yang disajikan adalah dua porsi dengan Lele yang besar bangets, satu porsi dengan dua lele yang sedang, dan satu Mujair yang juga besar. Haha..aku agak aneh dengan dua buah Lele yang dipaksakan disajikan di salah satu porsi makanan kita. Berarti Lele nya sebenarnya masih empat bukan??
Beberapa saat kita makan, ada bapak-bapak masuk warung dan memesan sesuatu. Aku mendengar sepertinya bilang “Nasi Goreng satu”. Tiba-tiba si pemilik warung menumbuk sesuatu mengiris dan meramu beberap bumbu.
“Hah, kok Nasi Gorengnya masih?’, aku berbisik ke Paimin.
Kita postif tingking dan berceletuk, “mungkin cap cay”
Tapi beberapa saat si penjual memasukkan nasi ke dalam wajan dan srengg..nasi goreng jadi. What??? Kenapa kalo kita yang pesan bilang habis.
Setelah kita usai makan, kita membayar dan satu porsi di hargai 15ribu rupiah!!.Wajar si untuk ukuran warung di deket tempat wisata, tapi kenapa kita tidak diperbolehkan memesan Nasi Goreng yang hanya seharga 8ribu.
Okelah, never mind!!!
Sudah pukul 22.15, Gembeler melanjutkan perjalananya. Tenang dan santai kita berjalan. Sesekali kita berfoto di tengah jalan. 

Sebelum tahu hotelnya dah penuh alias udah di kunci
Tanpa terasa sampailah kita di Masjid yang akan kita singgahi. You Knowwww??? Kita terancam tidak bisa singgah di Masjid ini. Gerbang perumahan menuju Masjid ini sudah di kunci. Dan Apes deh!!! Kita memang tidak bisa masuk ke Masjid ini. Gembeler tambah galau!!. Kluntang klantung tak tau arah. Jalanan sudah mulai sepi saat itu apalagi jam sudah menunjukkan pukul 22.30. Mau gak mau Gembeler harus tetap melanjutkan perjalanan. Terus berjalan dan berjalan gembeler melewati jalan yang sepi dengan kiri dan kanan berupa hutan kecil yang cukup gelap. Gembeler sekali lagi hanya bisa pasrah. Tujuan kita sekarang adalah menuju Indomaret di dekat Terminal Kota Batu yang tadi kita sempet membeli air mineral disana. Perjalananya lumayan jauh dan menguras keringat, apalagi Paimin sedang merasakan pegalnya kakinya yang kena encok gara-gara pake sandal Lotto pas naik ke Bromo.

Berjalan langkah demi langkah akhirnya sampailah kita di Indomaret. Sampai di Indomaret kita ingat dari kata-kata pelayan di Indomaret bahwa di belakang Indomaret juga da Masjid. Kita pun berusaha berjalan menuju perkampungan yang saat itu sudah sangat sepi. Bentuk perkampungan yang berupa cekungan atau berada di sepadan sungai membuat suasana semakin mencekam. Di tengah kampung ini mengalir sungai yang konon sering digunakan untuk mencari wangsit. Ketika memasuki kampung Gembeler harus melewati jembatan sungai tersebut dengan suasana yang sunyi dan gelap. Sesekali terdengar suara anjing melolong dari arah rerimbunan pohon bambu di sepinggiran sungai. Kita mencoba mencari Masjid di perkampungan itu, tetapi Gembeler tidak kuasa masuk ke gang yang lebih sempit karena takut menggangu masyarakat setempat.

Akhirnya kita kembali ke jalan besar di depan Indomaret. Kita duduk menundukkan kepala di emperan Toko sebelah Indomaret. Beberapa saat aku bertanya dengan tukang parkir di Indomaret, “Pom bensin masih jauh gak mas?” dan jawabanya adalah,”jauh mas!”. Mendengar jawaban itu Gembeler kembali pasrah.  Gembeler bimbang, menganga dan hanya bisa duduk menunduk di depan emperan Toko.
11.30 kita masih terkatung-katung. Tiba-tiba ada bapak tukang parkir yang mendekati kita. Wajahnya lumayan garang dengan tato di tanganya.
“Mas, dari mana?”, tanya Pak tukang parkir.
“Jogja mas”, kita serentak.
“Dalam rangka apa?”tanyanya lagi.
“Jalan-jalan mas”, kita menjawab dengan muka yang melas.
“kok jam segini sampe sini?” tanyanya lagi.
“iya pak, tadi ndadak sekali dan gak sempet cari hotel”,jawab kita.
Ternyata pak tukang parkir menawarkan untuk tidur di Masjid di Kampunganya. Rumah Pak Tukang Parkir dekat dengan Masjid tersebut. Takut berjalan sendiri menuju kampung kita masih gamang untuk beranjak berdiri. Akhirnya Pak Tukang Parkir menawarkan untuk bareng dengan dia saja.
Sekitar pukul 12.05, Pak Tukang Parkir mengajak kita untuk mengikutinya. Saat itu pikiran sudah tidak karuan apalagi perjalanan di perkampungan tersebut tetap terasa mencekam. Lima menit berjalan akhirnya kita sampai di Masjid yang dimasud. Bapak Tukang Parkir tadi membukakan pintu masjid dan menyalakan lampu. 

Kita sedikit tenang. Tas ransel kita taruh di shaf paling belakang dekat dengan pintu keluar dan kita segera bergantian mengambil air wudlu untuk sholat Isya’. Masjid yang mungil ini masih dalam masa renovasi. Tempat Wudlu pria berada di belakang masjid sedangkan tempat wudlu wanita berada di depan Masjid. Bangunan tempat wudlu pria terlihat lebih tua dan tempat buang air kecil yang masih terlihat konvensional. Di situlah aku merasakan hawa yang tidak nyaman. Hingga saat aku menulis tulisan ini aku jadi merinding.
Usai sholat Isya’, Para Gembeler wanita langsung tidur. Sedangkan saya harus menemani Pak Tukang parkir. Beberapa saat setelah kita sholat ternyata Pak Tukang parkir datang ke Masjid bermaksut menemani kita. Dia membawa dua bungkus rokok dan korek jress. Aku duduk di sampingnya dan dia menawariku rokok. Aku minta maaf untuk tidak merokok karena aku memang tidak merokok. Dia maklum dan menyulut rokoknya sendiri.
Awal perbincanganya dengan dia, aku sedikit negatif thinking. Jangan-jangan ada maksud tertentu nih bapak yang satu ini menemani kita. Tapi setelah agak lama berbincang aku yakin, Kita menemukan Orang baik di Batu!!.

Beberapa saat aku berbincang dengan bapak ini, Paimin pun selesai sholat Isya’. Dia agak lama karena sebelum sholat harus buang air besar dan celananya harus ganti gara-gara basah setengah lutut. Perbincangan pun di mulai lagi oleh Paimin. Kita bertiga berbincang di depan emperan Masjid.
Bapak yang satu ini dulunya ternyata adalah bekas seorang narapidana. Beberapa tahun yang lalu bapak ini di tangkap dan ditahan lantaran mabuk dan berkelahi di dalam bus. Kondisinya yang dulu suka mabuk-mabukan itu ternyata beralasan. Dia memiliki latar belakang keluarga yang menimbulkan stres dan depresi pada dirinya sehingga minum-minuman keras dan kehidupan jalanan menjadi pelariannya. Selain memiliki latar belakang masa lalu yang suram. Bapak satu ini menceritakan tentang jimat yang dimilikinya yang merupakan peningdalan almarhum ayahnya berupa”pecut”. Berkaitan dengan jimat ini kita sempet ditawari kalau menginginkan mencari jimat. Astagfirullah, dalam hati kita hanya bisa berkata, karena kita tidak mungkin mengatakan hal tersebut tidak diperbolehkan di depan bapak yang satu ini.
Menambah merindingnya bulu kuduk saya. Bapak ini juga menceritakan tentang profil kampunya ini. Kampungnya ini dulunya adalah sebuah hutan dan merupakan tempat yang dianggap piningit. Beberapa tempat di Kali yang sempet kita temui saat menempati kampung tadi juga merupakan salah satu tempat orang mencari hal gaib. Seperti apa yang dilakukan Jupe untuk mendapatkan gelar titisan Suzana. Hmmm...setiap Paimin mengalihkan pembicaraan si bapak tentang hal gaib masih saja bapak ini kembali membahas hal gaib.
Hingga 03.15 Aku, Paimin dan Si Bapak belum tidur. Aku sendiri sudah sangat kantuk apalagi dingin sudah terasa menusuk tulang. Aku sudah tidak tahan dan aku memutuskan untuk tidur. Paimin tidak tega meninggalkan bapak tukang parkir ini dan finally Paimin mampu menemani cerita si bapak hingga adzan subuh.Hebat!!!

Adzan subuh berkumandang di desa sebelah. Yeyek dan Crcoh Girl bangun dan akupun juga terbangun. Paimin terlihat masih berbincang dengan si bapak. Salah satu pemuda kampung datang akan mengumandangkan adzan dan si bapak pulang tidak ikut serta sholat subuh.
Usai sholat Subuh hati kita sudah lumayan tenang. Hingga ketika kita sudah selesai packing di depan halaman masjid tiba tiba bapak-bapak menanyai kita. Terlihat bapak-bapak dengan sosok yang menurut saya adalah seorang tetua desa.
“ Dari mana ini?”
“ Dari Jogja, pak” kita menjawab serentak
“Siapa yang ngaterin sampai sini”,
Kita ketakutan dan menjawab”Bapak yang parkir di Indomaret”.
“Tujuannya apa sampai sini?” masih bertanya.
“Kuliah dimana?”
“UGM, Jogja Pak, tapi kita sudah kerja pak” kita menjawab
Percakapan mulai tidak menegangkan setelah beliau bercerita kalau anaknya juga kuliah di UGM.
“Ayo, mampir-mampir minum teh dulu di rumah bapak” bapak itu berbicara dengan senyum sembari melemparkan syalnya di leher sebagai penutup kepala mirip imam-imam masjid di arab.
“sudah pak terimakasih, kita mau langsung ke terminal pak”. Sembari berbinar kita menjawab.
Kita menemukan orang baik lagi di Batu!!!

Berjalan kaki, Gembeler menikmati pagi di Kota Batu. Di depan kampung kita berhenti sejenak menunggu Paimin membeli Pop Mie di Indomaret. Harga Pop Mie ukuran besar dengan rasa baso sapi adalah 2700 rupiah. Untuk air panas nya lagi-lagi dihargai “geratis”!!. Yups begitulah kata kasir di Indomaret itu. Meskipun kalo untuk minuman panas seperti kopi setiap gelasnya bisa dihargai hingga 4000 ribu rupiah. Paimin sengaja gak bilang sama Yeyek dan Croch girl, takut mereka ikut berbondong-bondong beli. Dasar Paimin!.

Berjalan sejenak kita sudah disambut dengan hiruk pikuk aktivitas di Pasar Besar Kota Batu. Dari depan pasar kita menyebrang menuju Terminal Kota Batu yang tidak jauh dari Pasar. Di depan terminal kita langsung menemukan angkot yang sedang ngetem. Gembeler memastikan bahwa angkot akan menuju terminal Landungsari. Beberapa saat Gembeler duduk di Angkot akhirnya sopir angkot berangkat. Kalo di pikir-pikir Malang bisa dikatakan sebagai Kota Angkot. Di Malang, Angkot menjadi kendaraan yang sangat populer bagi Masyarakatnya. Hanya dengan 2500rupiah tersedia rute yang lengkap untuk mengelilingi Malang. 

Kurang dari setengah jam sampailah angkot di Terminal Landungsari karena memang jalanan masih sepi. Kita turun dari angkot dan berganti angkot dengan kode AL seperti saat berangkat kemaren. Sekali lagi Gembeler naik Angkot Anak Lebay (AL=Anak Lebay cinn....)

1 komentar:

silakan coment disini!! Isikan nama anda dengan klik colom pada "beri komentar sebagai" Isikan pula URL/alamat blog anda