Rabu, November 14, 2012

Jangan Bilang-bilang Lagi!!

Kita Gembeler sejati hingga hampir magrib belum mendapatkan tempat berteduh.Kita masih diputer-puterin sama pak sopir dan kernetnya. Di Kawasan Cemoro Lawang yang banyak homestay kita tetap tidak dapat menemukan yang cocok buat kita. Dasar gembeler sejati, alasan satu-satunya tidak mendapatkan homestay adalah masalah duit.


Karena sedang dalam masa weekend, homestay di Cemoro Lawang banyak yang penuh. Tapi masih ada juga homestay disana dengan harga berkisar antara 130ribu hingga 150ribu. Menurut hasil searching kita di internet harga homestay disana antara 90ribu hingga 100ribu. Itulah mengapa gembeler sejati enggan mengambil homestay yang kita sambangi. Padahal hampir sekitar enam homestay yang kita sambangi.
Mungkin sopir colt biru yang kita tumpangi sudah bener bener pusing tujuh keliling, apalagi nyetir di kawasan Cemoro Lawang tidak mudah. Sedangkan kita membuat bang sopir naik ke atas turun kebawah belok ke kiri lagi, balik ke bawah dan naik lagi. Entah berapa pulsa yang sudah dihabiskan bang sopir untuk menelpon homestay yang masih kosong.
Hmmm so sweet...-dua tangan di bawah dagu dan kita saling bertatapan antar gembeler-
kita menemukan bang sopir dan kernet yang baik hati di Tengger.

Saat Gembeler menemukan homestay kosong atas pertolongan bang sopir dan kernet, kita jatoh di harga alias bagi kita it so expensive. Saat itu hampir magrib dan kita belum solat Ashar. Bang sopir kembali memencet handphonenya dan menelpon sesorang di sana yang selalu kita harapkan memberikan harga yang pas bagi para Gembeler yang melas ini.
Sang penjaga di balik telephone sana memberikan harga 150ribu kepada bang sopir. Tanpa bertanya pada kita, bang sopir menawar harga. Dengan bahasa yang sedikit tidak kita mengerti kita memahami setiap percakapanya dan ini maksut percakapan mereka.
“Ada kamar kosong?, tapi yang ekonomi”, tanya bang sopir.
Pas percakapan ini Gembeler hanya saling nyengir berhadap hadapan didalam colt yang isinya hanya tinggal kita berempat saja.
“Ada”, jawab seseorang di balik telephone
“Berapa harga?”, tanya bang sopir lagi.
“150ribu”, jawab seseorang di balik telephone
“Kurangi!, Jowo”, kata bang sopir
Kita kembali nyengir
Entah berapa harga yang diberikan, kita kurang bisa memahami. Bang sopir menjelaskan kepada kita.
“ ini ada hotel murah gimana?”
masih berpedom pada asas gembel, kita kembali menawar.
“kurangi bang”, kita serempak.
“wah mas, ini hotel bukan homestay”, bang sopir dan kernet menimpal.
Karena sudah sangat senja, hujan dan hawa dingin sudah menusuk tulang, kita pun memutuskan untuk menginap dihotel tersebut dengan pemikiran kita bakal bagi berempat harga tiap kamarnya dan setiap kamar bisa diisi dengan dua orang. Toh juga kita bakal Cuma sehari. Finally jadilah Gembeler masuk hotel.
Dijalan kita masih saling bertatap. Kita membayangkan bagaimanakah rupa hotel tersebut. Colt biru melaju turun dari Cemoro Lawang. Rasanya sedikit kecewa karena kita mendamba keindahan Cemoro lawang esok pagi saat bangun tidur atau ketika nanti senja saat hujan sudah reda. Homestay di kawasan Cemoro Lawang memanjakan kita dengan pemandangan lautan pasir. Keluar dari homestay kita akan disajikan keindahan lautan pasir dengan Gunung Batok yang kokoh dengan gurta-gurat hijaunnya.
Apa boleh dikata, homestay tidak didapat dan juga salah satu homestay yang tadinya kita tawar sudah keburu di pesan para backpacker lain. Kita pasrah berempat didalam colt biru berharap kita tidak akan mendapatkan kekecewaan belaka. 

Negatif thinking mulai muncul di kepala kita. Mau-maunya abang sopir dan kernetnya nganterin kita-kita para Gembeler naik turun cemoro lawang hanya untuk mencarikan penginapan. Kembali lagi kita hanya bisa pasrah. Yeyek berpangku dagu dan pindah pandangan dari muka ke muka. Kita Galau.
Semakin galau lagi, ketika colt menuruni Cemoro Lawang semakin jauh. Jauh hingga hampir limabelas menit kita menuruni Cemoro Lawang.Menelusuri jalan hingga hampir bawah dan sudah bukan di kawasan suku Tengger.

 Kegalauan kita mulai hilang. Terlihat papan nama hotel yang ditunjuk oleh kernet yang masih remaja itu. “Sion Hotel”, It sound beautyfull.

Kita turun dari colt dan woww..wonderfull scenery here. Kita terkaget-kaget tapi masih setengah kaget. Masih merasa takut dengan bang sopir yang siapa tau masih menarik uang lelah. Kita berjalan menuju pintu masuk hotel yang agak menanjak dan bang sopir serta kernetnya meninggalkan kita setelah memberikan salam pada penjaga hotel. Wauw, kita kembali percaya kalau kita menemukan orang baik hari ini. 
 View di Sion View Hotel, So Wonderfull



Kita dipersilahkan melihat kamar oleh penjaga hotel yang sudah bang sopir dan kernet kenal tadi. Gembeler masuk hotel kembali berheboh ria. Ada TV didalam rumah berisi empat kamar dan juga satu kamar mandi lengkap dengan heater di dalamnya. Tak lupa dua bed dengan kasur springbed yang sangat kenyal dan selimut pelangi cantik.


Croch Girl membayar sewa hotel bersama Paimin. Usai Croch Girl membayar hotel di receptionis, kita terkaget kaget dengan view di depan belakang dan samping hotel. It was wonderfull hotel. Kita teriak..di samping hotel. Dua tangan dikepal dan saling tatap dan teriak “waaaaaaaa”. Teriakan gila sang Gembeler. Kita jepret sana sini menghilangkan kegaluan yang sempet menerpa.

Karena kita semua mengidap disorientasi arah, maka kita kurang bisa menjelaskan dengan arah. Yang jelas, di depan hotel kita akan melihat bukit tinggi menjulang. Hijau benar bukit ini. Guratan punggung bukitnya memperlihatkan kesan menakjubkan. Sayub-sayub akan terdengar suara gemercik aliran air yang berasal dari bawah jurang antara bukit tersebut. Di samping kanan hotel terlihat perbukitan dengan persawahan tanaman sayur dengan guratan-guratan rapi di setiap bukit. 

Usai terkagum kagum di luar kita masuk ke Hotel dan segera menjamak solat Dzuhur dan Azhar. Aku sudah selesai solat dan kembali menikmati keindahan pemandangan di samping hotel. Disana aku bertemu dengan penjaga Hotel saat sedang berfoto. Dan tiba-tiba dia membuka percakapan.

“Mas,nanti jangan bilang-bilang harga nya sama teman sebelah”, kata sang penjaga kepadaku.
Hah..what...dalam hati ku terkaget, kita kembali menemukan orang baik hati ini. Aku langsung lari ke kamardan bilang sama para Gembeler. Kita kembali berteriak gila. Tangan dikepal dan berteriak “waaaaaaaaaa”. Kita tambah puas lagi pas Paimin bilang kalo barusan pas di receptionist sempet lihat harga kamar dan harga termurah adalah 195ribu. What...jauh banget dengan harga yang diberikan ke kita.
Haha...Sudah berapa kali saja kita mendapatkan “harga jangan bilang bilang” ini.

Bukan hanya teriak namun ketawa ngakak berhambur hingga luar kamar. Apakah muka kita mencermikan kegembelan hingga kita bisa mendapatkan begitu banyak “harga jangan bilang-bilang”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan coment disini!! Isikan nama anda dengan klik colom pada "beri komentar sebagai" Isikan pula URL/alamat blog anda